Mereka Tak Kenal Habib Rizieq Shihab, Sebuah Catatan dari Mega Mendung

Dengan meluruskan niat, insya Allah akan meraih kemudahan dan kemenangan.

“Insyaa Allah, Insyaa Allah, Allah akan memberi kemenangan untuk kita,” ucapnya dengan penuh keyakinan.

Pertemuan rehat karena azan maghrib berkumandang.

Setelah berdo’a yang dipimpin HRS, rombongan pun kemudian menuju masjid, menunaikan salat berjamaah bersama para ustaz dan santri Pesantren Agrikultur di tempat itu.

Seusai salat maghrib, pertemuan dilanjutkan dengan lebih santai lagi sambil makan malam. Saya dan wanita lainnya pun kemudian diizinkan bertemu dengan istri HRS, ummi Syarifah Fadhlun Yahya.

Saya melihat, wanita sederhana itu tidak lepas berzikir dan berdoa. Makan malam bersama ummi Syarifah (dipisah dengan pria) sungguh mengasyikķan, apalagi dua putrinya – dari tujuh putrinya – ikut bergabung.

Saya memandang kedua putrinya cantik, pintar, cerdas, dan ramah. Umi Syarifah dan putrinya adalah wanita yang turut mendorong dan pemberi semangat dalam membela HRS dalam berjuang.

Pertemuan berakhir bersamaan dengan turunnya hujan gerimis.

Sepanjang perjalanan pulang menuju Jakarta, kami tidak henti-hentinya membahas
ucapan yang disampaikan HRS, terutama kalimat: Mereka lebih takut.”

Kalimat yang ditujukan kepada lawan politik dan musuh-musuh Islam.

Ketakutan mereka itu terbukti dua hari kemudian, Senin dini hari, 7 Desember 2020. Enam laskar yang mengawal HRS menuju pengajian keluarga inti di daerah Karawang, Jawa Barat, ditembak polisi.

Katanya tewas di KM 50, meski dalam rekonstruksi yang dilakukan polisi dan juga keterangan saksi, keenam syuhada tersebut masih hidup saat dimasukkan ke mobil.

Jika mau jujur, yang menjadi target dibunuh sebenarnya adalah HRS.