Mereka Tak Kenal Habib Rizieq Shihab, Sebuah Catatan dari Mega Mendung

HRS sendiri masih dalam proses pemulihan (karena kelelahan) setelah dirawat di RS UMMI, Kota Bogor, Jawa Barat. Kami adalah ‘tamu’ pertama setelah Habib keluar dari perawatan di rumah sakit tersebut.

Dalam hati, “Duh kenapa HRS harus minta maaf sih, padahal, kami tidak diusir atau HRS tidak mau menerima kami.”

Keteguhan dan kesiapannya dalam menghadapi risiko yang akan dihadapi membuat saya semakin takjub. HRS sangat memahami situasi yang dihadapinya. Akan tetapi, semuanya ia kembalikan kepada Allah.

Bertemu dengan HRS terasa jauh berbeda jika dibandingkan berjumpa dengan tokoh, pejabat dan orang kaya.

Ini berdasarkan pengalaman, yang sering berjumpa pejabat, tokoh dan pengusaha yang seringkali sok sibuk dan sok penting.

Bahkan, pertemuan dengan mereka ini terkesan terburu-buru, karena waktu bertemu ingin cepat habis.

HRS terkesan santai. Satu per satu kami diberikan kesempatan berbicara. Saya pun tidak saya sia-siakan. HRS mendengarkan apa yang kami sampaikan.

Ia menjawabnya secara cerdas, terurai rapih, tegas dan. Semua masukan diterima, semua saran dipertimbangkan. Pokoknya, sangat akomodatif.

Hampir dua jam kami berdiskusi, dari materi berat sampai yang ringan. Pembicaraan serius, tetapi diselingi tawa dan canda. Masya Allah.

Kami heran juga dengan kesehatannya yang tangguh. Padahal, sejak menginjakkan kaki di Tanah Air, sepulang pengasingan Tanah Suci Makkah, jadwal kegiatannya padat.

Sempat masuk RS Ummi, untuk pemulihan kesehatan akibat kelelahan.

Akan tetapi, dalam pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam (diselingi salat Maghrib), HRS tidak pernah batuk apalagi sesak napas.