Medical Emergency Rescue Commite (MER-C) Indonesia mengusulkan bahwa untuk membantu dan menyelamatkan pengungsi Muslim Rohingya, Myanmar yang terdampar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) bisa dilakukan program asimilasi. Ketua Presidium MER-C dr Sarbini Abdul Murad mengatakan, proses asimilasi yang diusulkan pihaknya itu, secara cepat bisa mengatasi masalah para pengungsi Muslim Rohingya itu, terlebih di kalangan Ponpes-Ponpes di NAD bersedia menerima mereka
“Mereka (pengungsi Muslim Rohingya) bisa dibantu melalui program asimilasi, karena pondok pesantren (Ponpes) di Aceh siap menerima mereka. Permasalahannya kini adalah ada itikad untuk membantu atau tidak,” kata dokter kelahiran NAD yang baru saja kembali dari misi kemanusiaan–bersama tim relawan kesehatan lainnya–membantu warga Gaza Palestina.
Sarbini Abdul Murad sedang berada di Kabupaten Aceh Timur NAD untuk menemui para pengungsi Muslim Rohingya. Organisasi itu juga memberikan bantuan pelayanan kesehatan bagi para pengungsi.
Sebanyak 391 orang pengungsi tersebut terdampar di Pulau Weh Sabang dan Idie, Aceh Timur, NAD, dan kini menjadi perhatian luas publik dunia.
Menurut Sarbini, para pengungsi Muslim Rohingnya itu sebaiknya tidak dikembalikan ke negara asal, mengingat proses yang dilalui hingga mereka terdampar di NAD itu adalah karena pengusiran dan perlakuan buruk atas mereka itu.
“Terancamnya mereka di Myanmar, negerinya sendiri maupun pengakuan bahwa mereka juga diusir dan disiksa di negara lain sebelum terdampar di Indonesia, telah membuktikan bahwa motivasi mereka tidak dominan pada motif ekonomi,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa etnik Muslim Rohingnya itu mengalami pendzaliman di negeri asalnya, dan bahkan di negara transit pun tidak surut penderitaan yang dialami.
“Secara kemanusiaan, terhadap komunitas yang tertindas seperti itu hendaknya lebih didekati solusi penyelesaiannya dengan pendekatan kemanusiaan,” tandasnya.
Sudah lebih satu bulan ratusan pengungsi muslim Rohingya berada di kota Sabang, Propinsi NAD, mereka tampak bagaikan berada dikampungnya sendiri, melakukan aktivitas ibadah, silaturahmi, bermain, dan berolah raga sambil menunggu kebijakan yang menguntungkan nasibnya. Dari serangkaian kegiatan yang dilakukan mereka disana, seakan mereka sudah lupa dengan apa yang terjadi di negaranya.
Mantan Dekan Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh HA Hami Sarong mengatakan, warga muslim Rohingya Myanmar itu perlu mendapat dukungan moral dari semua pihak untuk memperoleh hidup layak.
"Saya kira, kita semua perlu memberi dukungan terhadap mereka. Apa yang dilakukan Pemerintah dan masyarakat di tempat pengungsian sudah cukup memadai, sehingga kita menyaksikan mereka bagaikan di kampung sendiri," ujarnya.
Dan dukungan moral sudah mulai berdatangan diantaranya berasal dari ormas-ormas Islam dan lembaga kemanusiaan Indonesia, diantaranya dalam bentuk bantuan obat-obatan dan pakaian yang dikirimkan secara langsung seperti oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah).(nov/ant)