Ketua Presidium Mer-C, dokter Sarbini menyatakan keprihatinannya atas kurangnya dukungan pemerintah Indonesia dalam membantu relawan kemanusiaan Indonesia untuk rakyat Gaza.
“Kalau SBY cerdas, dia akan mendukung semua upaya relawan asal Indonesia untuk membangun rumah sakit di Gaza,” ucap Sarbini dalam acara diskusi yang diselenggarakan Forum Umat Islam di Jakarta, siang ini.
Hadir sebagai pembicara dalam acara diskusi bertema SBY, dan Relawan Gaza ini Hanibal, wartawan senior Antv, Nur Fitri Moeslim Taher, aktivis Mer-C, M. Al-Khaththath, Sekjen FUI, dan peserta aktif antara lain Munarman, mantan Ketua YLBHI, serta Dahlan Abdul Hamid, mantan Dubes Indonesia untuk Irak.
Menurut Sarbini, upaya yang dilakukan 12 relawan asal Indonesia untuk rakyat Gaza sebenarnya memberikan citra positif buat pemerintahan SBY. Sayangnya, itu tidak dimanfaatkan SBY dengan sebaik-baiknya.
Menurut Munarman, sebenarnya yang menghalangi SBY untuk memberikan dukungan optimal bukan pada persoalan kecerdasan. Tapi, masalah ketakutan. Karena persoalan Gaza dan Israel, berarti juga persoalan Amerika.
“Nah, beranikah SBY berhadapan dengan Israel dan Obama?” ucap Munarman bersemangat.
Munarman juga menambahkan, saat ini SBY dikelilingi jaringan Zionis yang sedikit banyak mempengaruhi kebijakan dalam dan luar negeri SBY.
Persoalan lain yang dihadapi relawan mana pun untuk menembus blokade Israel atas Gaza adalah pintu masuk menuju Gaza. Menurut wartawan senior Antv, Hanibal, setidaknya ada 7 pintu masuk ke Gaza. Salah satunya di Refah, perbatasan antara Gaza dengan Mesir.
“Sayangnya, Mesir tidak akan membuka pintu masuk ini kalau tidak ada izin dari Israel,” ucap wartawan yang pernah meliput perang Gaza dan Israel, tahun lalu.
Pendek kata, semua pintu masuk itu sepenuhnya dikuasai Israel. Dan tidak satu pun dari negara-negara Arab yang berani mempersoalkan blokade itu.
Seorang aktivis Mer-C yang juga pernah mengalami kejahatan tentara Israel di kapal Mavi Marmara, Nur Fitri, segala informasi yang menyatakan bahwa pintu Israel membuka pintu masuk perbatasan untuk bantuan kemanusiaan, sebenarnya bohong belaka. Semua cuma permainan Israel.
Ibu tiga anak yang merasakan betapa sulitnya menembus blokade Israel ini menjelaskan bahwa bantuan yang dibolehkan masuk oleh Israel adalah bantuan yang tidak cocok dengan kebutuhan rakyat Gaza.
Dia mencontohkan, jika rakyat Gaza sedang butuh obat, yang diperbolehkan masuk Israel adalah bantuan berupa buku dan alat tulis untuk sekolah. Jika masuk tahun ajaran pendidikan baru, yang diizinkan masuk Israel adalah selimut. Begitu seterusnya.
”Semua cuma basa-basi Israel untuk mengelabui rakyat dunia,” ucapnya prihatin.
Mantan duta besar Indonesia untuk Irak, Dahlan Abdul Hamid, memberikan pendapat lain. Persoalan Gaza sebenarnya hanya sebagian kecil dari persoalan umat Islam yang saat ini sudah sangat terpuruk.
Karena itu menurutnya, umat Islam harus menyelesaikan masalahnya sendiri, dan tidak bergantung pada pihak lain. ”Inilah yang membuat umat Islam menjadi mainan oleh Obama, Abas, dan Netanyahu,” ucapnya tegas.
Persoalan lain yang ternyata lebih mendasar dalam membantu umat Islam Gaza adalah menghentikan Israel untuk menjajah Gaza dan Palestina. Menurut Al-Khaththath, umat Islam harus berjuang sampai pada pengusiran Israel dari tanah Palestina. Bukan berhenti pada bantuan kemanusiaan. mnh