Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni mengatakan, ibadah haji merupakan pengukuhan tauhid dan refleksi kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta komitmen menegakkan kebenaran, menyebar kasih sayang dan membina persaudaraan.
“Ibadah ini juga bertujuan merekontruksi manusia untuk kembali ke fitrahnya, bertauhid dan berakhlakul karimah, ” katanya dalam sambutan wukuf di Arafah pada musim haji 1428 H/2007 M, di tenda misi haji Indonesia.
Menurutnya, di padang Arafah (al-hajju Arafah) umat Islam dari seluruh dunia sedang melaksanakan puncak ibadah haji, meninggalkan semua identitas sosial, kultural, politik, ekonomi, ideologi, aliran, suku bangsa, ras, jenis kelamin, warna kulit dan bahasa, semua memakai pakaian yang warnanya sama, yaitu berwarna putih.
Menag juga mengatakan, Wukuf merupakan padang masyhar atau bisa dikatakan miniatur untuk introspeksi, sebagai tempat pengadilan tertinggi bagi manusia kelak.
"Harta, kekayaan, anak cucu yang hebat dan kedudukan mentereng tak dapat memberi bantuan, " tambah Maftuh yang juga Amirul Hajj 1428 H/2007 M.
Ia menyatakan, gejolak masyarakat terjadi diakhir-akhir ini yang mengarah pada perbuatan dosa tanpa disadari mungkin pernah dilakukan, bahkan mungkin dilakukan oleh mereka yang telah menunaikan ibadah haji. Hal ini bisa dipertanyakan apakah ibadah yang telah dilaksanakannya mendapat ridho Allah.
Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi MA, dalam khotbah wukufnya mengatakan, untuk meraih haji mabrur perlu kesucian hati, zikir yang baik di Padang Arafah yang disertai niat tulus dengan berbekal ketaqwaan kepada Allah.
“Dengan niat tulus dan hati bersih kepada Allah, maka ibadah haji dapat dilaksanakan dengan baik yang bukan hanya sekedar kemampuan materi manusia, ”imbuhnya.
Ia mengingatkan, kesucian hati sangat penting untuk mendapatkan hikmah dari haji, di mana jika seseorang memperoleh hikmah dari haji, maka ia mendapat kebaikan yang banyak termasuk haji mabrur.
Sebelumnya Dubes Kerajaan Arab Saudi dan Kesultananan Oman Salim Segaf al-Jufrie, menekankan, pentingnya manusia bersyukur kepada Allah yang maha penyayang. Hal itu dibuktikan oleh kemampuan Allah mengumpulkan jutaan manusia di Padang Arafah untuk saling mengenal dengan bangsa lain. (novel/mch)