Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda menilai travel advisory (peringatan perjalanan) ke Indonesia yang masih diberlakukan oleh Australia, menghambat upaya kedua bangsa membangun dan memperkuat hubungan antar-masyarakat.
Isu peringatan perjalanan ini disinggung dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd di Sydney, Jumat (8/2), dan juga dalam pertemuannya dengan Menlu Australia di Perth pada Kamis kemarin.
Menlu Hasan Wirajuda mengangkat kembali isu peringatan perjalanan (travel advisory) ke Indonesia yang masih diberlakukan negara Kanguru itu, meskipun Canberra menilai Indonesia telah berhasil menumpas bahaya terorisme.
"Indonesia sebenarnya dinilai Australia berhasil dalam memerangi terorisme, dan sejauh ini sudah sekitar 400 orang yang terlibat dalam berbagai aksi terorisme ditangkap dan dihukum, "ujarnya.
Travel advisory yang dimaksudkan pemerintah Australia, lanjut Menlu, untuk memperingatkan agar tidak bepergian ke Indonesia, dikeluarkan Australia sejak terjadinya insiden serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS). Padahal, kedua negara telah berhasil dalam memerangi bahaya terorisme sebagai sesuatu yang menghambat upaya membangun hubungan di tingkat masyarakat.
Dalam upaya pemberantasan terorisme, Menurut Menlu, Indonesia selalu menggunakan pendekatan kontraterorisme yang berupaya menyeimbangkan antara penegakan hukum dan perlindungan terhadap hak azasi manusia warga negara Indonesia
Stephen Smith dan Wirajuda berdialog sebelum keduanya menandatangani naskah "proses verbal pertukaran nota diplomatik" Perjanjian keamanan Indonesia-Australia. Proses yang menandakan mulai berlakunya perjanjian yang ditandatangani di Lombok 13 November 2006 lalu, dan telah diratifikasi parlemen kedua negara pada 2007.
Sebelum pertemuan dengan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd, sempat hadir juga puluhan warga masyarakat Indonesia dan Australia dalam acara sarapan pagi.
Menlu Wirajuda mengatakan, kehadiran sekitar 16 ribu mahasiswa Indonesia di Australia merupakan investasi bersama kedua negara dalam memperkuat hubungan jangka panjang, namun Indonesia pun berkeinginan lebih banyak mahasiswa Australia yang datang dan belajar di Indonesia.
"Kami akan menyambut kedatangan lebih banyak pelajar/mahasiswa Australia belajar di Indonesia. Namun, masih terus diberlakukannya "travel advisory" kepada Indonesia itu dirasakan menghambat upaya penguatan hubungan di tingkat rakyat kedua negara, " katanya.
Dalam sesi tanya jawab pada acara sarapan pagi yang berlangsung di salah satu hotel berbintang di Perth, Australia Barat, itu, seorang warga Australia juga mengangkat tentang problem sulitnya orang-orang Indonesia yang ingin berwisata ke Australia, mendapatkan visa dari kantor perwakilan Australia di Indonesia.
Mengenai masalah sulitnya sebagian warga negara Indonesia mendapatkan visa kunjungan wisata ke Australia, Menlu Wirajuda mengatakan, negara-negara lain diharapkan ikut memberlakukan visa on arrival seperti yang telah dilakukan Indonesia.
Sementara itu, menanggapi isu travel advisory` sempat mengemuka dalam pertemuannya dengan Menlu Wirajuda. Menlu Stephen Smith mengatakan, "travel advisory" itu dikeluarkan pemerintah federal, mengingat masalah keamanan dan keselamatan warga negara Australia di luar negeri merupakan keprihatinan utama pemerintah.
"Pemberlakuan peringatan perjalanan ini pun terus dievaluasi secara reguler, " katanya.
Sehubungan dengan upaya menciptakan rasa aman dan keselamatan bagi seluruh warga dunia, ia mengatakan, komitmen Indonesia, Australia dan komunitas internasional dalam menumpas bahaya terorisme perlu diteruskan karena hal ini akan membantu terciptanya kondisi aman.
Ia pun mengakui, pemberlakuan "travel advisory" terhadap Indonesia itu terbukti menghambat banyak program kerja sama antarlembaga dan masyarakat kedua negara. Terbukti, banyak murid dan guru Australia yang ingin memperbaiki tingkat kemampuan berbahasa Indonesia terhambat ke Indonesia, sehingga mereka pergi ke Malaysia untuk tujuan belajar bahasa Indonesia.
Bahkan, program pelatihan bahasa Indonesia bagi guru-guru bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia yang menjadi program Departemen Pendidikan dan Pelatihan Australia justru diselenggarakan di Darwin, Northern Territory (NT).
Terkait dengan Perjanjian Lombok yang sudah resmi berlaku mulai Kamis, kedua negara sepakat memperkuat 10 bidang kerja sama, yakni pertahanan, penegakan hukum, kontraterorisme, intelijen, keamanan maritim, keselamatan dan keamanan penerbangan, pencegahan senjata pemusnah massal, kerja sama darurat, kerja sama dalam organisasi dunia tentang isu-isu keamanan dan kerja sama antarmasyarakat.
Kedua pemerintah juga sepakat memperpanjang nota kesepahaman kedua negara tentang pemberantasan terorisme internasional selama tiga tahun.
Dalam kunjungan tiga harinya di Australia, selain ke Perth, Menlu Wirajuda juga akan ke Sydney untuk bertemu gubernur negara bagian New South Wales dan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd.(novel/ant)