Menlu RI: Selesaikan Konflik Palestina Tidak Mudah, Mesti Bertahap

Konferensi Pemberdayaan untuk Palestina (Ministerial Meeting on Capacity Building for Palestine) akan digelar pada 14-15 Juli 2008 di Jakarta. Dari proses itu, Indonesia selaku memprakarsa berharap agar berdirinya negara Palestina tak hanya sekedar menjadi impian, namun segera terwujud dan menjadi kenyataan.

Namun, mengenai target waktu kapan hal itu akan terwujud Indonesia tidak bisa memberikan batasannya."Sebagai bukan pihak yang menjadi sengketa langsung dalam konflik ini, kita tak menetapkan target. Kita tahu, ini proses yang tidak mudah yang dihadapi para pihak dan bukan tidak mungkin target itu tidak dipenuhi tapi yang penting adalah guliran proses ini terus berlangsung, yang penting bahwa dialog dan negosiasi dapat diteruskan kalau perlu, sesudah Desember 2008, " kata Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, di Departemen Luar Negeri, Jakarta, Kamis (10/7).

Menurutnya, dialog itu perlu dilakukan, jangan sampai meneruskan apa terjadi pada 2006 tanpa adanya dialog, akhirnya masing-masing kelompok mengambil caranya sendiri, yang menimbulkan tindak serangan balas-berbalas yang mengakibatkan banyak orang terbunuh dan menderita.

Ketika ditanya apakah kemerdekaan Palestina harus didapat dengan mengemis kepada Israel melalui dialog-dialog yang dilakukan, Hassan menyatakan, dialog tak bisa disamakan dengan mengemis, akan tetapi dengan cara menetapkan harapan dan target yang ingin dicapai dengan merundingkannya bersama dengan pihak yang berkepentingan.

"Memang tidak mudah dan faktanya begitu. Jangan berilusi bahwa besok bisa selesai. Kenapa tidak merekomendasikan deklarasi unilateral atau seperti yang dilakukan kosovo? Faktanya dari dua atau tiga kasus itu tak selalu sama, " ujarnya.

Berbagai pihak banyak pesimistis target Annapolis, apakah konferensi ini akan bernasib serupa, Hassan menyatakan, yang dilakukan di sini adalah dorong persatuan dan dialog, serta upaya rekonsiliasi membantu proses damai yang dapat dilakukan dengan ciptakan konstitusi perdamaian.

"Kita harus optimis, sebab kalau pendukungnya tidak optimis, jangan harap ada kemerdekaan itu sendiri. Bagi kita sekecil apapun yang kita bantu, maka kita akan melakukannya, " pungkasnya. (novel)