Solidaritas antara sesama negara muslim dalam menghadapi krisis ekonomi sebagai akibat kenaikan harga minyak dunia belum terlalu dirasakan. Padahal untuk mengatasi hal ini negara muslim yang penghasil minyak itu dari keuntungannya, bisa berbagi dengan cara mengembangkan investasinya ke negara muslim yang terkena dampak kenaikan harga minyak dunia.
"Sebagian kita didunia Islam yang misalnya terkena akibat kenaikan harga minyak yang cukup tinggi, sementara yang lain menikmati keuntungan yang luar biasa akumulasi kekayaan yang begitu besar. Tentunya bisa di share dalam artian bukan sekedar sedekah atau amal. Tetapi juga lebih pada forum investasi dinegara sesama penduduk muslim yang besar, " kata Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda usai menutup International Conference of Islamic Scholars (ICIS III), di Hotel Borobudur, Jakarta, Jum’at (1/8).
Menurutnya, untuk mendorong tumbuhnya solidaritas dikalangan negara-negara muslim itu perlu dua langkah, yang langkah pertama pada tingkat pemerintah masing-masing memberikan prioritas pada pembangunan ekonomi, yang kedua mendorong solidaritas antar dunia Islam sendiri.
"Saya kira masih ada jarak, antara harapan dan kenyataan. Di Indoensia misalnya atas sentimen keyakinan akan solidaritas keagamaan kita sepertinya tidak serta merta modal akan mengalir begitu saja dari Timur Tengah ke Indonesia, " ujarnya.
Karena itu, lanjutnya, Indonesia juga harus memandang hal ini realistis, dengan mempersiapkan diri agar lebih kompetitif dengan begitu modal asing, terutama berasal dari Timur Tengah yang begitu melimpah bisa masuk ke Indonesia.
Sebab, tambahnya, daya saing tetap menjadi prioritas dan pertimbangan untuk menanamkan modal, bukan hanya berdasarkan solidaritas sesama muslim semata.
"Tapi mereka tetap menginginkan investasinya lancar dan mendapatkan untung dari investasi tersebut, " pungkasnya.(novel)