Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda meminta agar ketidakhadiran ulama Irak baik dari perwakilan Sunni maupun Syiah tidak ditafsirkan negatif, sebab bisa saja kondisi di Irak yang rawan konflik menyulitkan mereka untuk keluar dari negaranya.
"Kita harus mengertilah situasi di sana, perjalanan untuk keluar dari Irak memang tidak mudah, " ujarnya usai pembukaan Konferensi Internasional Pemimpin Umat Islam, di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (3/4).
Menurutnya, pertemuan insiatif Indonesia ini sudah dirancang sejak lama. Indonesia sejak lama berpendapat pendekatan militer tidak tepat diterapkan di Irak, karena justru yang lebih tepat adalah perdamaian melalui rekonsiliasi dan dialog.
Hasan berharap pertemuan ini dapat menjadi satu rangkain dari proses yang panjang dan berkesinambungan untuk melahirkan perdamaian abadi di Irak.
Mengenai ketidakhadiran tokoh Sunni dan Syiah dalam Konferensi Internasional yang secara resmi dibuka Selasa (3/4) sore di Bogor, ia mengatakan, pemerintah sudah mengontak seluruh perwakilan dari dua kelompok itu, namun pada akhirnya tidak datang.
"Kita sudah kontak dengan perwakilan Irak di PBB, mereka katanya akan menghadirkan lima ulama dari Sunni dan Syiah, tapi nyatanya tidak hadir juga, " imbuhnya. (novel)