Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari menegaskan, tetap menuntut keadilan dan kesetaraan terkait mekanisme sistem virus sharing avian influenza (AI) yang dilakukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan dunia Barat.
Karena itu, pihaknya mengaku tidak takut dengan segala ancaman dan tekanan dunia Barat terkait isi bukunya, Saatnya Dunia Berubah: Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung yang menjadi kontroversi di dunia.
”Saya dibilang manusia nomor dua paling kejam dan brengsek setelah Ahmadinejad. Tapi tidak apa-apa, ”kata Siti saat bedah buku dan penandatanganan bukunya di Plaza Senayan, Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, buku perdana yang ditulisnya itu menjadi pembicaraan dunia lantaran disebutkan bahwa sampel virus flu burung dari Indonesia dijadikan senjata biologis oleh pemerintah Amerika Serikat AS dan WHO.
Sejak saat itu, Siti berhasil memperjuangkan mekanisme sistem virus sharing yang adil, transparan, dan setara. Karena itu pula, bukunya dalam versi bahasa Inggris menuai protes dari petinggi WHO. ”Padahal, mereka belum baca buku saya seutuhnya, tetapi sudah menuduh seperti itu, ”tuturnya.
Perjuangan Negara Dunia Ketiga
Menurut Menkes, apabila semua orang sudah membaca keseluruhan isi buku yang dalam versi Inggris berjudul It’s Time for the World to Change tersebut, pasti akan makin sayang padanya. Ahli jantung ini mengatakan, hanya ingin menginformasikan kenyataan apa saja yang terjadi di masyarakat. ”Buku saya ini bukan fiksi atau imajinasi saya, tetapi kenyataan seperti buku harian hidup saya, ” tegasnya.
Siti Fadilah Supari mengungkapkan, saat ini sistem ekonomi dunia telah berubah menjadi politik hegemoni, di mana negara-negara maju dapat dengan mudahnya menindas negaranegara dunia ketiga.
Namun, Ia merasa ada hikmah besar di balik semua kejadian yang menimpanya belakangan ini. ”Mungkin kalau ingin jadi tokoh besar atau selebriti harus begitu. Siap dipuja dan dibenci, ”imbuhnya.
Sementara itu, peneliti Departemen Pertahanan Isro Samiharjo mengatakan, bahwa pihaknya akan tetap waspada terhadap ancaman virus biologi yang mengancam Indonesia.
Isro mengakui bahwa Menkes RI adalah wanita hebat yang berhasil memperjuangkan kepentingan masyarakat dunia ketiga. ”Di negara maju memang standar ganda seperti itu masih terus berlangsung, ” ujarnya. (novel/siol)