Menjawab Fitnah Radikalisme Dengan Al-Quran

Untuk itu, dalam menghadapi arus fitnah radikalisme umat Islam harus berpedoman pada Quran. Karena fitnah semacam itu terjadi sejak Islam lahir. Dan sepanjang sejarah Islam, namanya fitnah tidak akan hilang.

Pertama, beri penjelasan secara jernih, rasional kepada mereka yaitu produsen fitnah maupun jajaran begundalnya seperti pasukan humazah atau buzzer, al jassasah atau agen-agen, baladupak (orang yang ikut-ikutan) bahwa tuduhan itu hanya fitnah. Beri mereka nasehat. Beri mereka peringatan.

Kedua, tidak perlu  berdebat atau berpolemik dengan mereka karena justru umat Islam akan menari di bahwa tabuhan musik mereka. Istilahnya percuma bicara rasional dengan pihak yang tidak rasional dan tidak mau rasionalitas. Apa mungkin bisa meminta orong-orong untuk berhenti mengerik di comberan? Apa mungkin menyuruh burung gagak berhenti berkoar di angkasa?

Jika sampai berpolemik dengan mereka, apalagi perang terbuka di ruang publik, sama saja seperti Abimanyu yang masuk strategi Cakrabyuha. Berdasar kalkulasi rasional, umat Islam sulit menang. Mereka memiliki modal yang tak terhitung besarnya. Mereka memiliki jaringan media yang luas. Didukung pasukan humazah, pasukan jassasah, sampai buladupak  dan bisa mempengaruhi bahkan mendikte mereka yang punya power.

Ummul Mukminin Aisyah

Jika mereka tidak mengindahkan nasihat. Tetap menghembus-hembuskan fitnah radikalisme. Nyinyir. Pasrahkan kepada Allah. Hal itu sesuai petunjuk Allah bahwa tugas Nabi Muhammad hanya memberi peringatan, selebihnya urusan Allah. Menjadi urusan Allah mau memberi hidayah sehingga mereka sadar akan kesalahannya, atau menghukumnya.

Bisa mengikuti cara Ummul Mukminin Aisyah RA ketika menghadapi fitnah telah berzina. Fitnah begitu virral. Massif. Bukan hanya hendak menghancurkan karakter Aisyah dan keluarganya, tapi nyaris merobek-robek karakter Islam.

“Misalnya saya bilang ya, padahal saya tidak melakukan zina. Tapi kalau saya bilang tidak, toh tidak akan dipercaya karena fitnah sudah begitu luas dan kuat. Saya pasrahkan kepada Allah yang Maha Tahu dan Maha Benar,” kata Aisyah. Peristiwa fitnah Aisyah itu diabadikan di Al-Quran Surah An-Nur 1-18.

Maka serahkanlah kepada-Ku (urusannya) dan orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Kelak akan Kami hukum mereka berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui. (QS Al Qalam 44).

Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas dengan tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”(QS Ali Imran 54).

Umat Islam harus yakin, fitnah semacam itu tidak akan mematikan Islam. Bahkan semakin memperkuat. Kurang besar apa fitnah yang diproduksi kaum Yahudi dan musyrikin Madinah? Nyatanya malah Madinah jadi poros perkembangan Islam ke seluruh dunia.

Islam di Indonesia juga pernah diterpa fitnah yang sangat besar. Bahkan agen-agen, distributor, sales dan buladupak fitnah itu orang Islam sendiri. Mulai fitnah komando jihad, larangan pakai jilbab di sekolah, tuduhan ekstrem kanan, keterpengaruhan atau istilah sekarang terpapar ekstremisme dan sebagainya.

Apa Islam menjadi habis di Indonesia? Tidak. Islam itu ibarat berlian. Semakin digosok-gosok semakin cemerlang. Ketika cemerlang, semakin banyak yang tertarik memiliki.

Nyatanya justru secara kualitatif meningkat. Di mana-mana ada gerakan hafal Al-Quran. Para wanita mengenakan hijab untuk meng-counter feminisme sekuler. Kesadaran infaq dan sodaqah kian besar, dan sebagainya.

Untuk itu, setiap insan muslim bisa berjuang menanggulangi fitnah radikalisme ini dengan doa. Perlu dipertimbangkan juga baca qunut nazilah. Sangat bagus juga di masyarakatkan baca Shalawat Asygil. Allahu a’lam bis-shawab. (rmol)

Oleh Anwar Hudijono
Wartawan senior