Menjawab Fitnah Radikalisme Dengan Al-Quran

Selalu Ada Yang Baru

Umat Islam seperti tidak sadar bahwa sedang diperlakukan seperti anak kucing yang diberi bola untuk dibuat mainan. Sedang dipancing untuk masuk pada pusaran hiruk-pikuk bin gaduh agar marah, kesal, jengkel, takut.

Maka produsen isu radikalisme tidak akan berhenti memproduksi isu tersebut. Ibarat pabrik roti yang menawarkan produk selalu ada yang baru. Bahannya tetap tepung, gula coklat, keju, kismis tapi selalu dibuat bentuk baru, kemasan baru, nama baru.

Begitu juga isu radikalisme. Defisini radikalisme tidak pernah dirumuskan tuntas. Kriterianya dibuat sebegitu umum dan luas sehingga bisa diisi apa saja tergantung suka-suka yang membuat. Kalau dalam undang-undang disebut pasal karet.

Isu radikalisme terkadang seperti celurit, terkadang seperti pestol. Bukan mustahil suatu saat  akan menjadi semacam senjata brahmastya atau rudal nuklir yang punya daya penghancuran dahsyat.

Strategi Cakrabyuha

Produsen isu radikalisme ini sedang menggunakan strategi perang Cakrabyuha. Artinya senjata cakra yang berputar. Strategi ini dipergunakan Kurawa dalam perang Baratayudha. Abimanyu masuk ke dalam lingkaran tentara musuh yang  sangat kuat, keras dan kejam. Meskipun memiliki kesaktian dahsyat, akhirnya Abimanyu kehabisan stamina. Abimanyu gugur dengan luka arang keranjang (sekujur tubuhnya terluka).

Salah satu tujuan strategi Cakrabyuha itu agar umat Islam tidak sempat mempelajari Al-Quran. Sebab, umat Islam akan tidak akan bisa dikalahkan, apalagi dihancurkan jika berpegang teguh kepada Al-Quran. Umat Islam tidak akan tersesat selama berpedoman pada Al-Quran. Bahkan membaca saja, meski tidak tahu maknanya, sudah mendapat rahmat, berkah dan obat dari Quran.

Dan orang-orang kafir berkata, janganlah kamu mendengarkan Al-Quran ini, dan buatlah kegaduhan terhadapnya agar kamu dapat mengalahkan mereka” (QS Fussilat 26).

Dari ayat ini bisa diambil pesan, jika umat Islam masuk dalam pusaran kegaduhan  terus menerus, sibuk menangkal tanpa henti, akhirnya tidak sempat menyampaikan pesan rahmatan lil alamin dari Quran. Tidak sempat mempelajari isi Quran. Tidak berpikir lagi untuk mencari referensi dan petunjuk dari Quran. Padahal umat Islam tanpa Quran itu seperti tubuh tanpa tulang.