Menteri Kehutanan MS. Ka’ban membantah tudingan kabut asap yang mengganggu jarak pandang menjadi penyebab tergelincirnya pesawat Mandala Airlines Boeing 737-200 dirawa-rawa Bandara Juwata, Tarakan, Kalimantan Timur kemarin.
"Biarkan Black Box yang memberikan kepastian tentang penyebab kecelakaan itu, jangan hanya melihat dari kabut asap saja," ujarnya sebelum Rapat Kerja dengan Komisi IV, di Gedung DPRRI, Jakarta, Rabu (4/10).
Ka’ban meminta, pihak kepolisian dan Departemen Perhubungan untuk melakukan penyelidikan, apa yang menjadi penyebab utama kecelakaan yang telah menyebabkan 104 orang penumpang mengalami luka-luka itu.
Meski demikian Menhut mengakui, tingkat titik api dan kabut asap di Kalimantan sampai saat ini masih sangat tinggi, jika dibandingkan dengan Propinsi Sumatera Selatan yang sudah mulai berangsur menurun.
"Yang jelas tugas kami adalah memadamkan api, seperti di Sumatera Selatan sudah turun drastis dari 600-an titik api, sekarang tinggal 300-an," jelasnya.
Ia menyatakan, kesulitan proses pemadaman titik api di Propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, disebabkan kebakaran terjadi pada lahan gambut yang dipicu angin dan cuaca yang panas. Selain itu juga areal yang sangat luas dan kurangnya tenaga manusia untuk memadamkan api juga menjadi penyebab prosesnya memakan waktu yang cukup lama. (novel)