Mengapa Masih Ragu?

Menurut Anis Baswedan, anggota Tim Delapan, menyatakan bahwa rombongan Tim akan diterima Presiden SBY, Selasa (17/11), pukul 14.00, bertempat di Wisma Negara. Pertemuan siang nanti, selanjutnya Tim Delapan, yang dipimpin Adnan Buyung Nasution, menyerahkan hasil rekomendasi yang bersifat final kepada Presiden.

Sejumlah kalangan menginginkan adanya tindakan yang cepat dan tegas, tidak lagi ditunda-tunda yang berkaitan dengan kasus Wakil Ketua (non aktif) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah.

Menurut peniliti Lembaga  Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusabakti, menyatakan, “Tidak ada jalan lain, rekomendasi Tim Delapan harus segera diimplementasikan”, ucapnya. Ikrar juga mengingatkan kasus perseteruan antara Polri dan KPK tidak berdiri sendiri, melainkan terkait banyak hal, diantaranya kasus Bank Century. Jika ini dibiarkan berlarut-larut, kekecewaan masyarakat akan bertumpuk. Dan, ini dapat menimbulkan ledakan sosial, yang tidak dapat diprediksi akibatnya.

Dibagian lain, Eef Syaifulloh Fatah, menyampaikan temuannya di berbagai forum, yang dia hadiri, dan bertemu dengan beragam kalangan yang mereka memiliki keheranan. Mengapa Presiden SBY terlihat sangat lamban, dan tidak tegas dalam perkara percekcokan diantara institusi kepolisian dan Kejaksaan Agung dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Lebih lanjut, Eef melihat seola-olah Presiden SBY, sebagai pemimpin yang kikuk dan terpasung dalam ruang gerak yang amat terbatas. Padahal Presiden pemilik kekuasaan besar, yang mendapatkan dukungan luas rakyat Indonesia, tapi seakan tidak  tahu menggunakan kekuasaan sepatutnya, tambah Eef. Sampai, tokoh cendekiawan muda, yang alumnus FISIP UI ini, tanpa ragu menyatakan, ada gejala apa yang ia sebut sabagai gejala ‘disfungsi Presiden’. Presiden yang semestinya menampilkan diri sebagai pemimpin  yang kuat dan berpendirian, justru tergagap-gagap dan tertatih-tatih dalam ruang gerak yang sempit. (Kompas, 117/11).

Padahal, Presiden SBY, memiliki legitimasi yang sangat kuat, karena adanya dukungan rakyat langsung, setidaknya 60,6 persen rakyat Indonesia mendukungnya dalam pemilu lalu. Masih ditambah dengan dukungan partai-partai politik, yang diikat dengan koalisi, yang jumlahnya lebih dari dua puluh partai politik, yang mendukung Presiden SBY ketika deklarasi pencalonan calon presiden di pemilu 2009 yang lalu. Di parlemen lebih kuat lagi, di mana tak kurang 75 persen suara, tak lain suara partai-partai koalisi. Seperti, PKS, Demokrat, Golkar, PPP, PKB, dan PAN, menjadi kekuatan pendukung, yang boleh dibilang seperti diucapkan oleh mantan Presiden PKS, Tifatul Sembiring sebagai ‘tulang punggung’ koalisi.

Tapi, mengapa Presiden masih juga tidak berani mengambil tindakan tegas, dan situasi menjadi sangat berlarut-larut, yang mengakibatkan citranya menjadi negatif di mata rakyat. Termasuk kepercayaan rakyat juga menurun. Program 100 KIB (Kabinet Indonesia Bersatu) II, hanya tergerus oleh peristiwa politik, yang dibelakangnya tak lain, tokoh yang bernama ‘Anggodo Widjojo’.

Rakyat Indonesia akan menunggu peristiwa dan tindakan apa yang akan diambil Presiden SBY, sesudah bertemu dengan Tim Delapan, siang nanti. Rakyat dan bangsa Indonesia menunggu langkah kongkrit Presiden. (m/berbagai sumber).