Sejumlah negara berpenduduk Muslim berpedoman bahwa penetapan awal Ramadhan dan 1 Syawal merupakan otoritas atau menjadi domain negara seperti Menteri Agama, Mufti, Dewan Mahkamah Tinggi atau raja setempat.
Sedangkan untuk Indonesia, penentuan itu menjadi otorias negara pada pemerintah, yaitu Menteri Agama melalui perangkat sidang itsbat. Hal itu disampaikan Menteri Agama M. Maftuh Basyuni saat memberi sambutan pada Halaqah Internasional Ulama dan Orientasi Hisab Rukyat Mejelis Ulama Indonesia di Malang, Sabtu.
Hadir dalam acara tersebut, Ismail AA Nawahda (Yaman), Majid Kadhim Shanyoor (Bagdad, Iraq), Said Sulaeiman Hasan Qeeq (Yordania) dan Alsakka Samira (Palestina) dan sejumlah utusan dari berbagai Prganisasi Massa (Ormas) Islam.
Dalam pandangan masyarakat muslim Indonesia, menurutnya, pendekatan hisab dan rukyat yang dijadikan dasar penentuan kalender Islam dianggap dua metode saling bertolak belakang.
"Keduanya dalam posisi berhadapan dan tak mungkin disatukan.
Sesungguhnya dipandang dari aspek ilmu astronomi, hisab dan rukyat seperti dua mata uang yangh tak dapat saling menafikan dan dinafikan, katanya.
Dalam arti luas hisab dapat diartikan sebagai sebuah metode perhitungan yang diperolah dari penalaran analitik dan empirik. Sedang rukyat diartikan sebagai pengamatan sistimatik didasarkan atas data yang ada.
Menag menjelaskan, bahwa hisab bukanlah metode yang muncul begitu saja. Adanya hisab diawali dari rukyat yang panjang. "Benar tidaknya sebuah hisab tentunya harus diuji secara lansung melalui pengamatan (rukyat) terhadap fenomena alam yang dihisab. Sebagus apa pun metode hisab jika tak sesuai fenomena yang dihisab tentu tak dapat dikatakan benar, " tandasnya.
Demikian juga rukyat, lanjutnya, pelaksanaan rukyat yang tak pernah menghasilkan sebuah sistem atau metode perhitungan (hisab) yang dapat membantu pelaksanaan rukyat berikutnya merupakan rukyat yang sia sia.
Karena itu, Menag menambahkan, kombinasi hisab dan rukyat merupakan kombinasi harmonis agar ilmu falak di Indonesia dapat berkembang. Perbedaan yang timbul karena sistem perhitungan dan pengambilan data hisab dan rukyat secara bertahap dengan pendekatan ilmiah astronomis hendaknya dapat dihilangkan.
"Koordinasi dengan lembaga falakiyah dari berbagai organisasi Islam, lembaga astronomi dan instansi terkait sangat penting untuk menghilangkan perbedaan, " katanya.
Mengenai kemungkinan masih adanya perbedaan awal Ramadan dan 1 Syawal nanti, Maftuh mengatakan, harapan masyarakat Islam akan dilakukan bersama. Ia mengaku optimis hal itu dapat dicapai, dan karena itu pula adanya halaqah di Malang ini dapat menghilangkan perbedaan yang terjadi selama ini.
Menteri mengajak semua pihak untuk membangun ilmu falak berdasarkan sendi ilmu pengetahuan yang dapat ditelusuri secara empirik objektif.
Kegiatan yang mendapat perhatian para ulama dan cendikiawan muslim dari negara Timur Tengah itu sempat membuat Menag kecewa. Pasalnya, Ketua MUI Pusat, KH Maruf Amin dan sekretaris MUI Ichwan Sam yang turut mengundang justru tak hadir.(novel/dpg)