Membaca Fenomena Teroris dari Manifesto sampai Surat Wasiat

Logika Teroris

Jika kita bongkar seluruh literatur agama sampai kitab sucinya maka kita akan menemukan bahwa logika teroris itu bukan berasal dari logika agama, sebab tidak ada satu dogma agama satu pun yang mengajarkan terorisme pada penganutnya.

Pada titik ini yang justru harus banyak didiskusikan yaitu mencari akar persoalan penyebab munculnya terorisme di dunia, termasuk di Indonesia.

Dalam konteks itu sejumlah pertanyaan patut diajukan. Bagaimana cara ilmuwan menemukan akar persoalan penyebab munculnya terorisme? menggali argumen pelaku teror adalah salah satu solusinya.

Cara terbaik menemukan data primer atau data yang bersumber dari pelaku utama teror adalah melalui salah satu teknik dalam metode penelitian kualitatif yaitu melakukan wawancara mendalam (deept interview) terhadap pelaku teror.

Sayangnya sampai saat ini belum ditemukan satupun hasil wawancara mendalam dan utuh terhadap para pelaku teror.

Seringkali semua pelaku teror sudah mati sebelum digali logikanya melalui wawancara mendalam oleh para ilmuwan.

Namun demikian ada satu ilmuwan yang penulis baca dan realtif berhasil menemui mantan teroris berjumlah 60 orang, meskipun wawancaranya tidak dijelaskan seberapa mendalam tetapi mampu mengungkap secara psikologis.

Tori DeAngelis mengutip temuan satu ilmuwan ini yaitu John Horgan, seorang Psikolog dan Direktur pada Center for Terrorism and Security Studies Amerika Serikat setelah mewawancarai 60 teroris mengemukakan bahwa seseorang memilih jalan melakukan tindakan teror disebabkan karena tujuh hal penting yaitu (1) merasa marah, terasing, dan kehilangan hak; (2) meyakini bahwa keterlibatan politiknya tidak memungkinkan mengubah keadaan; (3) merasakan ketidakadilan; (4) merasa perlu bertindak segera dari pada mendiskusikan masalah; (5) mempercayai bahwa terlibat dalam kekerasan melawan negara merupakan hal yang dimaklumi; (6) ada yang mendukung dan bersimpati terhadap gerakan terorisme; dan (7) mempercayai akan mendapatkan penghargaan sosial dan psikologis (Tori DeAngelis, Understanding Terrorism, American Psychological Association, 2009:60).

Alasan-alasan teroris yang ditemukan John Horgan diatas tidak satupun menyebutkan bahwa seseorang melakukan teror karena perintah agama.