Eramuslim.co – Gara-gara berita berjudul “Joko: I Don’t Read What I Sign” (Joko: Saya tidak Baca Apa yang Saya Tanda Tangani) yang dimuat The Wall Street Journal, nama Jokowi makin mendunia. Buktinya, akibat artikel koran berbahasa Inggris itu menjadi trending topic di twitter sehingga “Presiden Jokowi Makin Mendunia”.
Tak pelak, pun menjadi perbincangan di medsos. Tak kurang, foto artikel koran tersebut di-tweet pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra dalam akun Twitter-nya dengan mengatakan, “Presiden Jokowi Makin Mendunia”. Artikel tersebut bersumber dari koran Jakarta Globe edisi 7 April 2015, tepatnya di halaman enam.
Artikel berjudul “Joko: I Don’t Read What I Sign” berisi ulasan mengenai kenaikan tunjangan uang muka pembelian mobil bagi pejabat. Dalam artikel, Jokowi dengan kebiasaan ngelesnya berkilah bahwa, “Tidak mungkin saya harus mengecek satu per satu halaman yang saya harus tanda tangani.”
Walau keputusan kenaikan uang muka pembelian mobil dicabut oleh Presiden Jokowi, perbincangan ini masih cukup hangat di medsos. Kata kunci “Perpres DP Mobil”, misalnya, sudah digunakan lebih dari 24.800 kali selama sepekan terakhir.
Banyak orang memberikan opini, termasuk dari pengguna Twitter yang mengatasnamakan Hutomo Mandala Putra. Pengguna tersebut membandingkan tindakan Jokowi dengan Presiden Soeharto. Dalam tweet-nya, dia mengatakan bahwa pemimpin yang menyalahkan bawahan ketika sedang terdesak adalah pemimpin yang “tidak bertanggung jawab”.
“HMS tidak pernah menyalahkan kabinetnya, meskipun akhirnya dikhianati beberapa dari mereka, karena wibawa kabinet ada di pucuk pimpinan,” katanya dalam akun @HutomoMP_9.
Sementara itu, di Facebook BBC Indonesia, Raihani Aulia berkomentar, “Mending blusukan ke kampung-kampung, di daerah, Paaaak, yang mau sekolah bertaruh nyawa… mencari jembatan penyeberangan… sekolah ambruuk… makan susaaah.”
Sementara itu, Jos Ina mengatakan, “Indonesia dijual pun ga papa, kami rakyat kecil tak kan bisa mencegahnya”, sedangkan Teeta Susanto menulis, “Tidak setuju, rakyat tercekik dengan harga-harga yang selangit, kok pejabat malah enak-enakan bisa nikmati mobil mewah.(rz)