Sementara Iman Sjafei, salah satu pendiri outlet media populer Indonesia Asumsi, menggunakan platform yang sama untuk mengatakan lima kenalannya telah pulih dari Covid setelah mengonsumsi obat tersebut.
“Mungkin plasebo. Mungkin. Tapi mungkin juga benar,” katanya.
Sylvie Bernadi, yang tinggal di pinggiran Jakarta, mengatakan dia membeli ivermectin untuk kerabat yang terinfeksi setelah melihat pesan WhatsApp dan posting media sosial yang mempromosikan obat tersebut.
“Banyak orang mengatakan bahwa itu dapat menyembuhkan Covid-19, jadi saya membelinya,” kata warga berusia 66 tahun itu, sambil mengakui bahwa beberapa telah menyuarakan kekhawatiran tentang efek samping obat tersebut.
Dipicu oleh teori konspirasi anti-vaksin dan pandemi online, telah terjadi lonjakan permintaan ivermectin dari Brasil ke Afrika Selatan hingga Lebanon.
Tetapi pabrikan Merck mengatakan “tidak ada dasar ilmiah untuk efek terapeutik potensial terhadap Covid-19” dan memperingatkan kemungkinan masalah keamanan jika obat tersebut diberikan secara tidak tepat.
AFP juga menyoroti sikap Menteri BUMN Erick Thohir yang tetap memuji ivermectin dan mendesak produksi dalam negeri untuk obat tersebut, sementara para ilmuwan, Organisasi Kesehatan Dunia, dan beberapa regulator obat – termasuk milik Indonesia sendiri – juga menekankan kurangnya bukti yang kredibel untuk menunjukkan obat itu bekerja melawan Covid-19.