Media Asing Sebut Indonesia Berencana Normalisasi Hubungan dengan Israel Sebelum 7 Oktober

Isi Kesepakatan Normalisasi Hubungan Indonesia-Israel

Jewish Insider mengatakan Indonesia dan Israel mencapai nota kesepahaman pada 21 September 2023.

Naskah tersebut, yang telah dilihat oleh Jewish Insider, menyatakan bahwa kedua negara berupaya untuk “memperluas Perjanjian Abraham dan mempromosikan perdamaian, hidup berdampingan, saling pengertian, dan menghormati di antara masyarakat dari semua agama, etnis, dan kebangsaan.”

Perjanjian Abraham merupakan pernyataan bersama yang dicapai Israel, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat pada 13 Agustus 2020 tentang normalisasi hubungan Israel-UEA dan Israel-Bahrain.

Tempo belum dapat memverifikasi isi dari nota kesepahaman antara Israel dan Indonesia tersebut.

Memorandum of Understanding (MoU) itu juga disebut menyatakan bahwa kedua pihak mendukung “perbaikan kehidupan sehari-hari rakyat Palestina” dan penyelesaian konflik secara damai.

Jakarta dan Yerusalem dikabarkan sepakat untuk membuka kantor yang berfokus pada pengembangan hubungan bilateral, dengan penekanan pada ekonomi, perdagangan, teknologi, inovasi dan budaya. Selain itu, kantor tersebut akan diberi wewenang untuk menyediakan layanan konsuler.

Dalam dokumen terpisah yang juga dilihat Jewish Insider, tertulis kesepakatan bahwa kedua belah pihak akan menyusun mekanisme pemberian visa bisnis kepada warga Indonesia dan Israel melalui kantor perdagangan.

Kedua negara juga berbicara tentang penghapusan Israel dari daftar hitam visa Indonesia. Sebab, puluhan ribu peziarah Kristen asal Indonesia mengunjungi Israel setiap tahunnya, namun sulit bagi warga Israel yang tidak memiliki paspor ganda untuk mengunjungi Indonesia.

Sumber diplomatik senior mengatakan sekitar 29 juta orang atau 10 persen populasi Indonesia yang beragama Kristen bersikap pro-Israel.

Rancangan perjanjian antara Jakarta dan Yerusalem itu muncul setelah perundingan selama kurang lebih empat bulan, kata Jewish Insider.

Warga Israel yang berbisnis di Indonesia – sebagian besar di bidang teknologi pertanian – serta warga Yahudi Amerika yang bekerja di Jakarta disebut berperan dalam menyatukan kedua negara.

Setelah perang Gaza dimulai, “pihak-pihak tersebut mengatakan kita harus menunggu, karena waktunya tidak tepat,” kata seorang sumber diplomatik senior.

Namun, sumber Jewish Insider mencatat bahwa Indonesia tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan perjanjian tersebut, “hanya saja ini bukan waktu yang tepat.” (Sumber: tempo)

Beri Komentar