Di samping itu, saat ini juga muncul persoalan mengenai harga yang ditawarkan China untuk vaksinnya.
Sebuah studi yang dilakukan Observer Research Foundation (ORF) menyebut, walaupun Presiden Xi Jinping telah menyebut vaksin buatan China sebagai barang publik global, namun nyatanya pendekatan dan harga yang ditawarkan oleh Beijing bias.
“Laporan tentang diplomasinya yang bersifat preferensial terhadap beberapa pihak telah menyebabkan banyak kegemparan. Agaknya, Sri Lanka membayar 15 dolar AS per dosis untuk Sinopharm, sementara Nepal dan Bangladesh hanya membayar 10 dolar AS per dosis,” kata studi ORF.
Menurut ORF, dengan banyaknya tanda tanya terhadap vaksin buatan China justru memicu ketidakpercayaan global terhadap Beijing. [RMOL]