Indonesia memang Negara kaya, tapi miskin. Setidaknya ini terlihat dari penguasaan perusahaan-perusaahaan milik pemerintah yang sahamnya mayoritas dikuasai asing.
Saat ini sebanyak 85 persen saham BUMN yang sudah melantai di bursa dikuasai oleh asing. "Itu memang saham BUMN yang ada di publik, 85 persen dikuasai asing," papar Sekretaris Menteri Negara BUMN Muhammad Said Didu seusai diskusi di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (23/2).
Menurutnya, dengan kepemilikan asing yang besar itu, berarti pihak asing lah yang menikmati sebagian besar keuntungan BUMN yang sudah go public. Sejumlah BUMN besar yang kini dikuasai asing dan selalu membukukan keuntungan, antara lain PT Telkom Tbk, PT Indosat Tbk, PT Semen Gresik Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Adhi Karya Tbk, PT Perusahaan Gas Negara Tbk, PT Bukit Asam Tbk.
Ia mengaku, kendati kepemilikan saham publik dikuasai asing, tidak memiliki dampak negatif. "Kalau 85 persen saham publik dipegang asing, berarti yang menikmati sebagian besar keuntungan adalah orang asing. Bukan orang Indonesia," katanya.
Said menambahkan, besarnya kepemilikan asing, menunjukkan minimnya kemampuan investor dalam negeri untuk memiliki saham-saham perusahaan milik negara. "Orang Indonesia harus ditingkatkan kemampuannya. Jadi bisa mendapatkan dividen atau menikmati keuntungan BUMN," imbuh dia. (dina)