Wacana yang akan dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) tidak akan memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan kesejahteraan di Indonesia, sebab pada dasarnya masyarakat tidak menunggu reshuffle kabinet, tapi menunggu perbaikan kinerja pemerinta, terutama di bidang ekonomi.
Hal tersebut disampaikan oleh Pengamat Politik The Indonesian Institute Anies Baswedan di sela-sela Acara acara peluncuran buku Solusi Bangsa Bersama Sutrisno Bachir, di Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (18/4).
"Masyarakat sebenarnya tidak pernah mempermasalahkan siapa yang akan jadi menteri, tetapi yang penting kebutuhan pokok mereka bisa terpenuhi, " ujarnya.
Menurutnya, masalah pergantian menteri dalam kabinet bukan hal yang terpenting saat ini, sebab seharusnya presiden bisa lebih menyoroti pos-pos ekonomi dan terus memperbaikinya.
"Kita melihat tekanan ekonomi semakin terasa, inflasi meningkat akibat pengaruh suplai beras di tanah air, saat ini yang diperlukan ekonominya, " tukas Anies.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir mengingatkan Presiden agar berkomunikasi dengan partai politik mitranya, sebelum melakukan reshuffle, sehingga dapat menempatkan posisi pada tempat yang tepat dan bukan karena akomodsi politik.
"Saya katakan dengan tegas, mau reshuffle dari kader mana pun itu haknya Presiden, tapi saya katakan bahwa sesuai dengan perjalanan selama ini yang kita lakukan bersama-sama dalam membangun bangsa ini, kalau ada reshuffle seyogyanya dikomunikasikan kepada partai politik yang memang bermitra, " katanya.
Meski Presiden pernah mengatakan akan melakukan reshuffle pada pertengahan periode atau sekitar bulan April, namun Soetrisno mengaku belum diajak bicara serius oleh Presiden SBY mengenai masalah ini.
Kader Partai berlambang matarahari yang duduk di Kabinet Indonesia Bersatu, yakni Menteri Perhubungan Hatta Rajasa disebut-sebut berbagai media akan terkena reshuffle.(novel)