Masjid Nurul Islam, Rumah Allah Yang Terhimpit Gedung Tinggi Ibukota

Ia menambahkan, pasar itu sebenarnya hanya lokasi sementara. Para pedagang menggunakan akses jalan untuk berjualan. Namun, hingga kini, ia belum menemukan solusi untuk memindahkan para pedagang.

“Sementara belum ada solusi,” kata dia.

Salah seorang pedagang, Sri Yani, mengatakan Pasar Tulodong Atas telah ada sejak lama. Ia menaksir usianya sudah lebih dari 50 tahun. Pasar itu cukup besar dan beroperasi secara resmi di bawah pengelolaan PD Pasar Jaya.

Namun, sejak pembangunan kawasan SCBD, pasar itu dipindahkan ke daerah Pesanggrahan. Hingga kini, hanya ada beberapa pedagang yang masih bertahan. Ia memperkirakan jumlahnya hampir 70 orang.

Pedagang lain, Tri Wahyuni, mengatakan pihak Kecamatan Kebayoran Baru telah mendata dan mengumpulkan para pedagang pada Senin (19/2). Mereka diminta untuk menyiapkan sejumlah persyaratan untuk mendaftar dalam program One Kecamatan One Center of Entrepreneurship (OK OCE).

“Katanya OK OCE itu lho. (Dibuat) kaya pujasera itu lho, di Blok S situ. katanya mau dibangunlah dijadiin bagus. Dirapiin,” kata Tri.

Tri mengaku belum mengetahui tentang detail program OK OCE. Namun, ia tak menolak untuk diajak bergabung seandainya dapat berdampak positif bagi perekonomian para pedagang.

Namun, hingga kini masih ada beberapa hal yang mengganjal bagi mereka. Selain BPJS Kesehatan, pedagang disyaratkan memiliki NPWP dan KTP DKI. Padahal, banyak pedagang berasal dari luar DKI.

“Ya enggak tahu (solusinya). Belum ada keputusan. Makanya ntar diputusin dari sono (pemerintah),” ujar Tri.

Camat Kebayoran Baru, Aroman, mengatakan lahan itu tidak akan dibebaskan karena ada penolakan dari para warga. Lokasi masjid akan dipertahankan.

Selain itu, pihaknya akan mendorong pengembang kawasan SCBD untuk memenuhi fasilitas umum dan fasilitas sosial (fasos/fasum) berupa jalan tembus ke arah masjid. Dengan begitu, akses masjid akan lebih terbuka.