Salah satu amaliyah Ramadhan yang dicontohkan oleh Rasulullah ialah memberikan santapan berbuka puasa (Ifthor) kepada orang-orang yang menjalankan ibadah puasa. Seperti sabda Rasul yang tertuang dalam sebuah hadist yang berbunyi, “Barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka ia akan mendapat pahala senilai orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa”.
Hadist tersebut bermakna luas bukan sekedar memberikan makan dan bersedekah selama Ramadhan, tetapi juga dalam rangka melestarikan kebajikan. Peluang untuk menambah amalan di bulan Ramadhan itu dimanfaatkan oleh Dewan Takmir Masjid Istiqlal Jakarta, untuk secara rutin setiap tahunnya menyiapakan Ta’jil bagi para musafir dan kaum dhuafa yang ingin berbuka puasa di Masjid Istiqlal.
Humas Masjid Istiqlal H.M Sahlan menyatakan, seperti Ramadhan tahun lalu, selama satu bulan penuh, pengelola Masjid menyediakan hidangan berbuka puasa, dan untuk kali ini sudah disiapkan sekitar 2.000 bungkus setiap harinya, yang berisi 4 macam menu di antaranya, nasi, ikan, udang, kikil ataupun daging, serta air teh manis dan air putih.
"Kalau tahun lalu kita hanya menyiapkan makanan yang berupa kue-kue, tapi sekarang sudah pakai makan nasi," ujarnya pada eramuslim.
Menurutnya, selain diadakan oleh pihak pengelola masjid, ada sekitar 500 bungkus adalah sedekah dari para dermawan.
Sahlan mengaku, tidak tahu menahu kapan dimulainya tradisi memberikan Ta’jil, sebab ketika dirinya mulai bertugas kurang lebih lima tahun lalu tradisi itu sudah ada dan berkembang dari pengurus terdahulu.
Mekanisme pendistribusian makanan berbuka dengan tertib dilakukan, sekitar 30 menit sebelum azan magrib berkumandang, para musafir dan dhuafa secara teratur duduk berjajar panjang saling berhadapan dipelataran lantai dasar masjid, kemudian setelah rapi mereka diberikan kotak-kotak yang berisi makanan lengkap, namun sebelum waktu magrib tiba dan menyantap hidangan, mereka terlebih dahulu diberikan tausyiah, dan kebetulan pada kesempatan itu disampaikan oleh Drs. Habib Baidhowi salah satu imam Masjid Istiqlal.
Ternyata orang yang datang untuk berbuka puasa di salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara itu sangat beragam. Seperti Rahmat seorang karyawan swasta, dirinya mengaku baru Ramadhan tahun ini mencoba berbuka puasa di Masjid Istiqlal, dengan alasan tidak sempat berbuka puasa dirumah, karena jalur lalu lintas dari kantor menuju rumahnya sangat macet
"Untuk berbuka puasa dirumah enggak kekejar karena macet, dari pada buka dijalanan lebih baik di sini saja," ungkapnya yang mengakui baru dua kali berbuka di Istiqlal.
Selain itu Rahmat menyatakan, yang pasti dengan berbuka puasa di Istiqlal dia mendapatkan suasana yang agak berbeda pada bulan Ramadhan tahun ini.
Berbeda dengan Rahmat, Fauziah seorang mahasiswi mengaku tidak mengetahui bahwa Masjid Istiqlal menyediakan makanan untuk berbuka puasa, dan ini untuk pertama kalinya ia merasakan berbuka di Istiqlal.
"Saya enggak sengaja datang kesini, tadinya hanya ingin sholat tarawih saja, pas baru duduk di luar disuruh masuk," ujarnya. Ia mengungkapkan, jika ada kesempatan berikutnya, akan datang lagi untuk berbuka puasa di Masjid Istiqlal.
Kebahagian berbuka puasa di Masjid Istiqlal juga dirasakan Oka, pria berbusana gamis ini merasa senang setiap kali Ramadhan tiba, dan berkesempatan untuk melaksanakan sholat berjamaah di Masjid yang megah di pusat kota Jakarta.
Banyak jamaah Masjid Istiqlal setiap harinya, pada bulan Ramadhan memberikan pemasukan bagi penjaja kantong plastik di pintu masuk masjid. Meski demikian, tak jarang beberapa di antara para musafir dan dhuafa itu hanya sekedar numpang mencari makan gratis, dan tidak melanjutkan dengan sholat magrib berjamaah, tapi kita memang tidak pernah tahu apa niat yang ada dalam hati seseorang.Wallahua’lam Bishshawab.(novel)