Mantan Perdana Menteri Timor Leste Mari Alkatiri mengutarakan niatnya menjalin kerjasama yang lebih erat dengan ormas Islam di Indonesia, salah satunya PP Muhammadiyah.
Alkatiri yang datang atas undangan PP Muhammadiyah untuk memberikan kuliah umum di lembaga Center for Dialogue and Cooperation Among Civilization ini, sebelumnya telah menyambangi Markas DPP PKS di Kawasan Mampang, Jakarta.
"Bangsa kita memiliki sejarah yang panjang bertahun-tahun, kita menjadi korban sistuai politik, padahal kita semua bersaudara, "katanya saat bertemu dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa(11/9).
Alkatiri menjelaskan, masyarakat Timor Leste saat ini hidup harmonis dan berdampingan antara umat Katholik yang mayoritas dengan muslim yang minoritas.
Kasus An-Nur
Mengenai kasus pendeportasian terhadap 300 orang muslim yang tinggal di Masjid An-Nur di Timor Leste, Presidium Assosiasi Muslim Timor Leste Arif Shagran menjelaskan, kasus tesebut murni masalah keimigrasian, karena mereka yang tinggal itu menuntut untuk diberikan status kewarganegaraan secara langsung.
"Mereka sudah ditawarkan oleh otoritas keimigrasian untuk memperpanjang izin tinggal, tetapi mereja tidak mau terdaftar sebagai orang asing, tetapi menuntut untuk diberikan status kewarganegaraan, " ungkapnya yang hadir dalam rombongan Mantan PM Timor Leste Mari Alkatiri.
Arif mengatakan, pemerintah sesuai dengan aturan yang berlaku dapat memenuhi keinginan itu secara bertahap, karenanya mereka mengancam akan terus menduduki Masjid An-Nur.
Ia mengakui, umat Islam yang mendiami Masjid itu berasal dari kelompok Al-Mutaribiyah atau aliran tarekat, yang kurang bersikap terbuka dengan orang dari luar mereka.
Namun apapun aliran mereka, lanjut Arif pemerintah Timor Leste tidak pernah mempermasalahkan itu, sebab ini menyangkut persoalan keimigrasian, sehingga terpaksa mendeportasi mereka. (novel)