Wakil Presiden (Wapres) M. Jusuf Kalla meminta, kepada seluruh ulama dan tokoh agama untuk melakukan introspeksi terhadap metode dakwah yang digunakan, guna menekan maraknya aliran sesat yang beredar di tengah masyarakat.
"Kyai harus kembali pada hikmah dakwah, jangan dengan kemarahan. Mari kita instropeksi. Di mana letak kesalahan dakwah kita dan kesalahan ajaran ini, dibahas dan kemudian diluruskan, " jelasnya kepada peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Ulama Indonesia (MUI), di Istana Wapres, Jakarta.
Menurutnya, fenomena aliran sesat itu hendaknya disikapi dengan bijak, karenanya Para ulama tidak bisa lari dari persoalan sosial kemasyarakatan itu. Dan yang terpenting, masalah ini pun jangan sampai disikapi dengan jalan kekerasan, main hakim sendiri. Sebab Ia menilai, cara-cara kekerasan itu sudah kuno, dan tak sesuai lagi dengan kondisi bangsa saat ini
"Untuk menyikapi aliran sesat ini kita tidak bisa menggunakan langkah-langkah kekerasan seperti lempar-lemparan, bakar-bakaran dan sebagainya. Polisi dan jaksa boleh mengambil tindakan formal, tetapi secara hati nurani tidak selesai. Kita harus introspeksi, "imbau Wapres.
Kalla merasa prihatin melihat aliran sesat yang merebak di tengah-tengah masyarakat. Apalagi, sebagian besar yang menjadi korbannya berasal dari kalangan mahasiswa yang menjadi harapan masa depan negeri ini. Karena itulah, Ia menekankan pentingnya pendekatan persuasif untuk menyikapi semua aliran yang dianggap menyimpang oleh MUI ini.
Sementara itu, Menteri Agama M. Maftuh Basyuni mengatakan pemerintah terus berupaya optimal untuk meyakinkan para penganut aliran sesat tersebut, agar dapat diajak untuk kembali ke jalan yang benar.
"Upaya kekerasan atau anarkis dalam menyikapi aliran sesat tidak akan menyesaikan masalah, malah akan menambah genting suasana. Toh sekarang sudah banyak tokoh aliran tersebut yang ditangkap dan menyerahkan diri, tergantung aparat untuk menindaklanjutinya, " ujarnya.
Mengenai perlu tidaknya pengawasan terhadap dakwah di kampus, mengingat banyak mahasiswa yang menjadi "korban" aliran sesat, Maftuh mengemukakan, hal itu tidak perlu.
"Kita tidak akan melakukan pengawasan. Hanya memberikan `guidence`. Kita tidak boleh berprasangka buruk kepada siapapun, kalau ada hal buruk yang muncul dari dakwah itu ya kita luruskan, "imbuhnya. (novel)