Profesor Mahmoud Shiyam, Mantan Imam Besar Masjid Al Aqsa, meminta umat muslim Indonesia untuk tidak membesar-besarkan permasalahan antara Hamas dan Fatah. Hal ini menurutnya tidak banyak menimbulkan manfaat.
“Kita mestinya tidak membesar-besarkan apa yang terjadi antara Hamas dan Fatah. Karena pada dasarya manusia memiliki sifat suka menumpahkan darah dan membuat kerusakan.” Ujarnya saat mengisi seminar Internasional, bertema The Caliphate as the Solution to the Crises of Moslem World and ti Liberate Al Aqsa Mosque, sabtu 23/7, di Jakarta.
Ia mengaku dalam tiap kesempatan memberikan seminar tentang Palestina baik di Malaysia dan Indonesia, konflik antara Hamas dan Fatah selalu diulang-ulang untuk ditanyakan.
“Padahal nanti (di akhir zaman, red.) pohon dan batu akan menyeru kepada kaum muslimin ketika ada Yahudi ada dibelakangnya dengan sebutan, ‘Wahai Muslim, Wahai Abdullah, jadi bukan, Wahai Hamas, Wahai Fatah’”
Dengan berbagai realitas yang ada, Prof. Mahmoud Shiyam mengajak umat muslim untuk menyerukan persatuan dan bukan perpecahan. “Mari kita serukan persatuan, bukan perpecahan.” pungkasnya.
Sebelumnya Hamas dan Fatah pada tanggal 4 Mei dikabarkan telah melakukan rekonsiliasi. Penandatanganan yang dilakukan Hamas di Kairo itu, diharapkan bisa mengakhiri pertikaian kedua faksi terbesar di Palestina itu, yang sudah berlangsung selama empat tahun. Kesepakatan tersebut diharapkan juga akan membuka jalan bagi terbentuknya pemerintahan gabungan sementara di Palestina, sampai pelaksanaan pemilu tahun depan. (pz)