eramuslim.com ā Pakar Hukum Tata Negara, Mahfud MD, kembali menarik perhatian publik dengan pernyataannya tentang perbedaan suasana menjelang lengsernya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dibandingkan dengan dua presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati Soekarnoputri.
Menurut Mahfud, respons masyarakat terhadap akhir masa jabatan Jokowi tampak berbeda, bahkan terkesan lebih dingin dibandingkan masa transisi kepemimpinan sebelumnya.
Mahfud menyebut bahwa ada akumulasi masalah dalam pemerintahan Jokowi yang selama ini diselesaikan dengan cara-cara yang cenderung mengalihkan perhatian publik.
Dalam pandangannya, setiap kali muncul kritik atau peringatan dari berbagai pihak, pemerintah justru lebih sering merespons dengan menggunakan buzzer atau menciptakan isu baru yang membuat masyarakat lupa akan masalah-masalah tersebut.
“Akumulasi (kasus) sudah terlalu besar. Setiap kali ada yang mengingatkan, (pihak Jokowi) menutupnya dengan buzzer atau isu baru, sehingga perhatian publik terhadap masalah cepat hilang. Namun, pada akhirnya masyarakat tidak bisa terus menerus menahan diri, dan seakan-akan Tuhan turun tangan,” ujar Mahfud dalam dalam YouTube, dikutip, Rabu (9/10/2024).
Lebih jauh, Mahfud juga menyoroti bahwa perasaan masyarakat menjelang akhir masa jabatan Jokowi tidak sama seperti ketika SBY atau Megawati hendak lengser.
Mantan Menkopolhukam itu membedakan saat SBY dan Megawati akan mengakhiri masa jabatannya, meskipun ada sejumlah kritik terhadap mereka, tetap ada rasa haru yang dirasakan oleh masyarakat.
“Kalau dulu, saat SBY atau Ibu Mega mau berhenti, kita semua merasakan haru. Dengan segala kesalahannya, tetap ada perasaan emosional yang kuat. Tapi sekarang, saat Jokowi kurang dua minggu lagi menjelang lengser, masyarakat tetap tenang-tenang saja, bahkan bisa dibilang tidak terlalu sedih,” pungkas Mahfud.
Diketahui, kepemimpinan negara akan segera berganti padal 20 Oktober mendatang. Presiden Jokowi akan diganti dengan presiden terpilih Prabowo Subianto. (sumber: Fajar)