Dengan penilaian itu, mahasiswa yang mengenakan almamater warna biru tua itupun menuntut tiga hal. Diantaranya, mereka meminta pemerintah untuk menstabilkan perekonomian negara yang berimbas terhadap masyarakat menengah ke bawah dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
“Kami melihat kegelisahan rakyat hari ini dengan anjloknya nilai tukar Rupiah. Ini akan berpengaruh seperti harga karet yang ada di kampung-kampung. Ini sangat miris. Kemudian harga kepala sawit jauh dari harapan yang ada di kabupaten Riau,” bebernya.
Kemudian, massa juga meminta pemerintah agar tidak membatasi hak berdemokrasi dan konstitusional bagi setiap warga negara melalui kekuasaan yang dimilikinya.
“Dalam hal berdaulat dan berdemokrasi saepenuhnya ada pada rakyat. Itu sesuai dengan amanat UUD 1946 dalam pasal 1 ayat (2). Namun yang terjadi malah sebaliknya. Hari ini nilai kesejahteraan berdemokrasi banyak terdistorsi oleh kepentingan elit politik,” ucapnya.
Terakhir, mereka meminta usut tuntas dugaan korupsi PLTU Riau-1 yang menyebabkan kerugian negara yang telah menyengsarakan rakyat.
Menanggapi tuntutan mahasiswa, Wakil Ketua DPRD Riau, Noviwaldy Jusman menyatakan akan menyampaikan aspirasi massa ke pemerintah pusat.
“Kita akan menyampaikannya melalui komisi I. Kita akan mengirim komisi I untuk menjumpai Presiden dan DPR RI untuk menindaklanjuti apa yang disampaikan mereka,” kata Noviwaldy.
Tuntutan itu kemudian dituangkan mahasiswa dalam sebuah petisi. Mereka meminta agar Noviwaldy Jusman, untuk menandatangani petisi itu juga. Noviwaldy pun menyanggupinya. Pada tanda tangan Noviwaldy juga dibubuhkan materai 6 ribu.
“Hari Rabu akan kesana (Jakarta). Sesuai kesepakatan dengan mahasiswa tadi,” ucapnya.
Selain itu, Noviwaldy dari Fraksi Demokrat ini juga merasa bangga akan aksi yang dilakukan mahasiswa. Sebab, mahasiswa masuk ke gedung DPRD tanpa merusak satupun fasilitas wakil rakyat.
“Saya apresiasi keberanian mahasiswa yang menyampaikan aspirasi rakyat dan masuk ke ruangan tanpa merusak satupun fasilitas,” katanya.
Di akhir aksi, mahasiswa membakar pocong yang ditempel dengan foto Jokowi. Itu sebagai bentuk keprihatinan mereka pada rezim presiden tersebut. [jpc]