“Isu utama yang harus diperjuangkan mahasiswa saat ini, saya kira hanya dua yang tetap relevan: penyalahgunaan narkotika dan korupsi. Penyebaran narkotika jelas merusak masa depan anak bangsa. Tapi, korupsi lebih jahat dari narkotika dan juga terorisme. Korban korupsi bisa sangat banyak karena menyangkut hajat hidup semua orang,” jelas Erry.
Hal itu diucapkan mantan pimpinan KPK ini dalam acara diskusi Pendidikan Kepemimpinan Nasional yang diselenggarakan oleh lembaga program pembinaan sumber daya manusia strategis atau PPSDMS Nurul Fikri di Jakarta, Sabtu lalu.
Dalam kaitannya dengan posisi KPK sekarang, Erry berpendapat: “Pimpinan KPK mungkin saja terlibat masalah, seperti tarik-menarik dengan kepolisian saat ini. Tapi, KPK sebagai lembaga pemberantas korupsi harus tetap eksis dan efektif menjalankan tugasnya. Jangan biarkan pihak tertentu yang ingin melemahkan otoritas KPK.”
Namun, Erry tidak menjelaskan pihak tertentu mana yang ingin melemahkan otoritas KPK.
Sikap itu langsung didukung para mahasiswa yang berasal dari tujuh perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Univeritas Padjadjaran Bandung, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga dan Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya.
“Setelah diskusi ini kita harus bergerak untuk mengawal kasus korupsi di wilayah masing-masing. Jangan cuma jadi wacana,” ujar Muhammad Aldhira, mahasiswa Unpad. Dan, seluruh peserta pun setuju untuk melakukan perang total melawan koprupsi.
Selain Erry, turut hadir seorang pakar hukum, Arief T. Surowidjojo. Arief menegaskan, mahasiswa dapat memperkuat agenda antikorupsi dengan, “Bergerak fokus dan massif. Diskusikan dan sepakati isu apa yang paling menentukan terbentuknya pemerintahan yang bersih. Apakah reformasi birokrasi, pembersihan aparat penegak hukum atau
perlindungan saksi serta peningkatan partisipasi masyarakat? Setelah itu, buat gerakan yang konsisten,” papar Arief.
Selain dua pembicara tadi, turut hadir sebagai pembicara Arifin Panigoro. Mantan ketua fraksi PDIP di awal era reformasi ini mengatakan, ada dua masalah besar yang harus diperhatikan gerakan mahasiswa di masa kini dan mendatang, korupsi dan kemiskinan.
”Korupsi sudah melekat dan melembaga di dalam sistem sosial, politik dan ekonomi kita, sehingga siapapun yang berkuasa akan terpengaruh. Presidennya mungkin bersih, tapi bagaimana dengan keluarganya dan orang di lingkaran terdekatnya?” jelas Arifin. Korupsi menimbulkan fenomena yang lebih akut, yakni kemiskinan, karena segenap sumber daya publik hanya dinikmati segelintir oknum yang berkolusi dengan kekuasaan.
Pendidikan Kepemimpinan Nasional yang diadakan PPSDMS Nurul Fikri ini berlangsung dari tanggal 5 hingga 8 Agustus lalu di kantor PPSDMS yang tidak jauh dari kampus Universitas Indonesia Depok. (dikirim oleh Sapto Waluyo)