Lukisan Tokoh Pendiri NU-Muhammadiyah, Eratkan Ukhuwah Dua Ormas

Keinginan menyatukan umat Islam bukan hanya dengan cara mempertemukan mereka secara langsung, perbedaan pandangan antara satu organisasi keumatan dengan lainnya adalah hal yang lumrah atau sunnatullah. Sebetulnya bukan sesuatu hal yang harus diperdebatkan, misalnya dalam penentuan penanggalan hijriah, walaupun belum menemukan satu formula yang tepat dua ormas Islam besar NU dan Muhammadiyah mencoba menggunakan cara-cara yang elegan.

Namun ternyata, keinginan untuk ‘lebih merukunkan’ dua ormas Islam itu tidak hanya keinginan dari NU-Muhammadiyah sendiri. Seorang pelukis asal Jawa Timur, Dukan Wahyudi mencoba menuangkannya dalam lukisan yang bertema "The Lamp", di mana pada satu media kanvas berukuran 90×150 CM, tokoh pendiri Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy’ari dan pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan dimunculkan dalam satu bingkai.

"Lukisan ini menceritakan dua tokoh Islam yaitu Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari ibaratnya seperti lampu yang menerangi umat dari kegelapan, kalau salah satu lampu ini mati akan artinya akan muncul perbedaan, karena itu kedua lampu ini harus tetap memberikan penerangan, "ujar Dukan Wahyudi yang juga menjabat sebagai Sekretaris Kelompok Pencinta Seni (KPS) Surabaya dalam acara penyerahan lukisannya kepada Pimpinan Muhammadiyah dan PBNU, di Gedung Center for Dialogue Cooperation among Civilization (CDCC), Menteng, Jakarta, Selasa(18/12).

Menanggapi lukisan itu, Ketua Dewan Tanfidz NU KH. Sholahudin Wahid menyatakan, kedua tokoh dalam lukisan itu menunjukan Islam yang moderat rahmatan lil alamin, selain itu pemikiran-pemikiran kedua tokoh itu sangat luar biasa, berbeda dengan pejabat yang banyak saat ini belum tentu dapat membimbing umat Islam dengan baik.

"Kedua tokoh ini mempunyai kelebihan mudah-mudahan kita bisa meneladaninya, sehingga kedepannya Islam dapat memberikan sumbangsih yang besar kepada bangsa melalui akhlaq yang baik, "tandas Gus Sholah yang juga Pengasuh Ponpes Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur.

Kemunculan harapan yang tuangkan dalam lukisan ini, lanjutnya, merupakan tantangan bagi NU dan Muhammadiyah sebagai ormas Islam besar untuk mengambil peran mewujudkan ukhuwah Islamiyah.

Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, penyandingan dua tokoh utama yang menjadikan dua ormas besar ini ada, harus dijadikan hal yang penting oleh jamaah kedua ormas Islam besar NU-Muhammadiyah sehingga bisa menjadi penerang, pelita yang terus menyinari umat dan bangsa hampir satu abad lamanya.

"Memang sangat baik untuk mendekatkan NU dengan Muhammadiyah, karena itu mutlak perlu kedua organisasi ini berkolaborasi bersinergi, bekerjasama dalam membangun umat Islam, kalau umat Islam maju bangsa Indonesia akan mengalami kemajuan, "tegasnya.

Din menekakan, adanya nuansa-nuansa perbedaan itu lebih karena faktor politik, tetapi ini yang perlu diresapi oleh warga Muhammadiyah dan warga NU, jangan sampai kepentingan politik itu bisa mempengaruhi kebersamaan itu. Oleh karena itu, NU-Muhammadiyah harus tetap berada pada jati dirinya sebagai gerakan dakwah dan gerakan kultural yang bisa mencerahkan umat. (novel)