Solo, (forum-alishlah.com) – Setelah sempat digegerkan dengan serangkaian aksi teror terhadap anggota kepolisian di kota Surakarta, kota Solo kembali menjadi ajang aksi brutal, teror dan “premanisme”. Kali ini aksi tidak dilakukan oleh kelompok dan aktivis islam yang dituduh sebagi teroris, melainkan aksi brutal tersebut dilakukan oleh Densus 88 Anti Teror Mabes Polri.
Pasalnya, peristiwa baku tembak pada Jum’at malam (31/08/2012) di jalan Veteran, Tipes, Solo berakibat hilangnya nyawa dua orang yang baru “dicurigai” sebagai pelaku terror di Solo tanpa adanya pembuktian melalui meja persidangan.
Selain itu, kebrutalan dan aksi “premanisme” Densus 88 juga tertumpah pada kakek berusia lanjut yang tidak lain adalah mbah Wiji Siswo Suwito, ayah mertua Bayu Setiyono yang juga ditangkap Densus dengan tuduhan terlibat akri terorisme.
Mah Wiji, yang telah tua renta menerima “bogem mentah” dan amukan beberapa hantaman dari petugas Densus 88, sehingga menyisakan luka parah pada bagian wajah dan 4 giginya juga ikut tanggal. Tidak hanya cukup sampai disitu, tanpa surat penangkapan Densus 88 merusak pintu rumah dan tanpa surat penyitaan barang-barang, Densus 88 juga merampas 3 unit handphone dan kendaraan dirumah mbah Wiji.
Terkait aksi brutal tersebut, Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) dalam audiensinya bersama Kapolresta Solo Kombes Pol. Asdjima’in meyatakan bahwa “pembunuhan” yang dilakukan Densus 88 terhadap 2 orang yang baru diduga sebagai teroris tidak dibenarkan secara hukum. Sebab, menghilangkan nyawa seseorang harus dengan putusan pengadilan.
Pada aksi baku tembak tersebut, fakta yang berhasil di himpun oleh Tim Pencari Fakta (TPF) dari LUIS, saksi melihat tembakan mencapai 20 kali untuk mengeksekusi 2 orang yang baru diduga teroris. Hal ini semakin menambah catatan “pengeksekusian” oleh Densus 88 terhadap terduga terorisme tanpa peradilan sejumlah 56 kali dalam aksinya selama ini.
Bahkan beberapa waktu yang lalu, ada 2 orang yang juga ditembak mati di Cakung oleh Densus 88 dengan tududhan terlibat pelatihan ‘ala’ militer di Aceh. Tapi, sampai akhirnya jenazah dimakamkan, pihak kepolisian dalam hal ini Densus 88 tidak bisa membuktikan apakah jenazah tersebut benar-benar seorang teroris atau bukan. Bahakan yang lebih “konyol” lagi, Densus 88 tidak mengetahui siapa nama kedua orang yang ditembak tersebut.
Selain itu dari hasil analisa LUIS, tim yang di terjunkan dalam setiap operasi dan sebagian besar anggota Densus 88 adalah non muslim (orang Kafir). Bahkan orang kafir yang fanatik yang kemudian di tugaskan untuk menangkap bahkan mengeksekusi secara langsusng di TKP kelompok teroris yang dicurigai tersebut beragama islam.
LUIS menilai serangkaian aksi yang dilakukan oleh densus 88 tak terkecuali disolo mengundang anti pati dari masyarakat, tokoh agama, maupun kalangan akademisi.
Terkait penangkapan disertai penganiyayan dan pengrusakan pada operasi penanggakap Bayu, LUIS tidak bisa mentolerir aksi brutal Densus 88 yang kemudian merampas kendaraan dan 3 unit HP, lantaran operasi tersebut tanpa surat penangkapan. Ironisnya lagi, penganiayan terhadap mbah Wiji dilakukan di hadapan cucu-cucunya, hal ini tentu akan mengganggu mental anak dan menyisakan trauma.
Melalui release-nya, LUIS menyampaikan kepada Kapolri untuk menindak tegas oknum anggota Densus 88 yang menganiaya mbah Wiji dan merusak sebagian rumahnya. Tak lupa LUIS juga menyampaikan tuntutan untuk mengevaluasi dan meninjau SOP Densus 88 yang sealu memunculkan arogansi dan diskriminasi.
Selain itu, dalam tuntutannya LUIS dengan tegas menyampaikan kepada Kapolri bahwa Densus 88 dalam setiap aksinya agar berpegang pada aturan yang ada, sehingga tidak ada upaya untuk menghilanggan nyawa seseorang untuk kepentingan lain.
Ustadz Yusuf Suparno, ketika dimintai tangapannya soal dijadikannya solo sebagai ajang terorisme, dengan singkat beliau menuturkan bahwa pihaknya prihatin sekali. Pihaknya menambahkan, sebagai aktivis muslim tidak ingin terjadi hal-hal seperti itu. Sebagai aktifis muslim kota Solo, Amar Makruf Nahi Munkar yang dilakukan tetap harus menjaga kondusifitas kota Solo.
“Solo jangan sampe di jadikan ajang kekacauan, ya kita jaga sama-sama”, paparnya.(asg/Kru FAI)