Eramuslim.com – Bergabungnya Partai Amanat Nasional (PAN) ke kubu Jokowi, bagaimana pun berarti meninggalkan Koalisi Merah putih (KMP) secara ideologi dan kekuatan perjuangan untuk bangsa dan negara Indonesia. Walau semua pihak di dalam KMP memahami sikap PAN yang didalangi oleh Amien Rais, yang emmang memiliki track record dan penilaiannya sendiri atas situasi yang berkembang, namun KMP tadi malam menggelar pertemuan dengan sejumlah petingginya untuk membahas agenda perjuangan bersmaa ke depan minus PAN.
Usai pertemuan KMP di Bakrie Tower, Jakarta, Kamis malam (3/9), Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyampaikan pesan tentang kekuatan negara. Berikut pidato Prabowo Subianto yang mengingatkan semuanya dalam hal Kekuatan Negara:
“SAYA ingin gunakan kesempatan ini untuk bicara tentang rupiah, bicara tentang kedaulatan. Tentang kepemilikan. Rupiah akan kuat jika ekonomi negara kuat.
Kekuatan itu tentang kepemilikan. Kamu punya apa? Negara kita punya apa? Jika aktivitas ekonomi banyak, tetapi bukan milik negara, bukan milik warga negara, Indonesia tidak akan pernah bisa jadi negara kuat. Karena keuntungan ekonomi lari ke negara lain. Batu bara, tambang, dan sebagainya.Jadi, pertumbuhan 5% atau 6% saya berani katakan, mau pertumbuhan 12% pun kalau kepemilikannya bukan di tangan bangsa Indonesia, tidak ada artinya.
Sebagai contoh, katakanlah perusahaan Astra. Perusahaan Astra nilainya sekarang, jika tidak salah, lebih dari 45 miliar dolar AS. Tetapi, pemiliknya adalah orang asing. Berarti, keuntungan itu mengalir ke luar negeri. Demikian pula dengan BCA, nilainya adalah 15 miliar dolar AS dan keuntungannya juga mengalir ke luar negeri, dan seterusnya.
Satu persatu aset itu bisa kita cek, sekarang Pak Zul kita bisa titip, jika apa yang diputuskan PAN memang benar untuk bangsa dan rakyat Indonesia ini harus dibicarakan, jangan pura-pura tidak tahu.
Pelabuhan Tanjung Priok, 30 tahun lagi akan diberikan ke orang asing, Pelabuhan Belawan juga akan diberikan ke asing lagi, Pelabuhan Surabaya. Jadi, pelabuhan saja kita tidak bisa kelola. Pelabuhan itu bukan teknologi tinggi, bangsa Indonesia dianggap tidak bisa mengelola pelabuhannya sendiri. Bahkan pangkalan udara Angkatan Udara Halim, diserahkan ke perusahaan, yang harus kita cek mungkin kepemilikannya milik asing juga.
Saya kira itu titipan saya, ini perjuangan KMP, kami tadi akhirnya ‘legowo’ dalam pertemuan dengan pak Zulkifli Hasan.
Kita akhirnya mengeluarkan unek-unek dan kita akhirnya mendapat suatu kejelasan dan keyakinan kembali bahwa kawan-kawan di panggung untuk mencoba berkomitmen untuk kepentingan bangsa dan negara, bahkan beliau juga mengatakan di parlemen akan tetap bersama kita.
Jadi kita juga mohon, bahwa rakyat menaruh harapan kepada kita, rakyat menaruh harapan kepada KMP. Dengan KMP kita bisa menjadi mitra, kita bisa menjadi imbangan pemerintah untuk bersama-sama menggapai masa depan bangsa Indonesia.
Sekian itu dari saya, ini salah protokol kalau minta saya bicara, akhirnya saya jadi kampanye sedikit. Saya ingin menutup sambutan saya dengan membacakan pantun.
Satu dua cempaka biru, tiga empat dalam jambangan.
Kalau mendapat kawan yang baru, kawan lama dilupa jangan.
Itu pantun untuk Pak Zul.
Wassalamualaikum Wr.Wb.” (rd)