“Sebetulnya kemarin alasan saya kenapa melaporkan, pertama yaitu pribadi saya, karena kalau saya kodok berarti ibuk-orang tua saya kodok,” ungkap Risma di rumah dinas Jalan Sedap Malam, Surabaya, Rabu (5/2).
“Saya enggak pingin orang tua saya direndahkan,” lanjut Risma.
Risma mengaku kaget saat meme itu viral dan ia diolok-olok sebagai kodok. “Saya kaget, salah apa saya kok disebut kodok. Ini juga ada akun mengikuti (komen) nyebut saya kodok,” jelasnya sambil menunjukkan tangkapan layar.
Lebih lanjut Risma juga mencurahkan isi hatinya. Dia mengaku ada akun-akun lain yang juga menghinanya sebagai tenaga kerja wanita (TKW). Dia mempertanyakan apa salahnya seorang TKW dibawa-bawa untuk menghinanya.
“Juga beberapa akun, (menghina saat) saya bersih-bersih di jalan, gedung, saya dibilang calon TKW. Saya ingin menyampaikan apa yang salah dengan TKW. Kita enggak ada yang tahu nasib seseorang. Saat ini bisa di atas. Tapi besok mau jadi apa? Enggak tahu. Jadi apa yang salah dengan TKW? Apa yang hina dengan TKW. Mereka bekerja dengan keringat,” terangnya.
“Bahkan ada petugas sapu yang mengambili sampah, bahkan kotoran manusia. Saya berpikir belum tentu derajat saya lebih tinggi dari pada dia,” ujar dia.
Namun hal yang paling membuatnya tergerak untuk melaporkan para netizen itu adalah setelah dihina kodok oleh Zikria di Facebook.
Risma menuturkan, tanggung jawab sebagai aparatur negara itu berat. Tanggung jawab itu melekat sampai dibawa ke akhirat. Meski, ia mengaku tak pernah berkeinginan menjadi pejabat.
“Sumpah (pegawai) ini yang paling berat di hadapan Allah,” jelasnya.
“Ya ngomong muka saya jelek enggak layak di Jakarta. Saya jadi Wali Kota Surabaya enggak minta. Karena bagi saya pantang jabatan untuk diminta. Sejelek apa pun saya ciptaan Allah,” kata Risma.(*end)