Laporan Bank Dunia menyebutkan, jumlah warga miskin Indonesia selama 2005-2006 terus bertambah. Estimasi laporan berjudul Making the New Indonesia Work for the Poor menyatakan bahwa jumlah orang miskin 2006 mencapai 108. 78 juta (49% penduduk).
Hal itu disampaikan pengamat ekonomi Indef Bustanul Arifin di gedung DPR, Jakarta, Kamis (9/2).
Menurutnya, bertambahnya orang miskin ini disebabkan oleh meroketnya harga beras selama dua tahun terakhir ini. “Kenaikan harga beras dianggap sebagai salah satu kontributor peningkatan angka kemiskinan 2005-2006, ” ujarnya.
Kenaikan beras, lanjut Bustanul, juga menambah penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka yang berada hidup di bawah standar ini berjumlah 17, 8 persen, padahal sebelumnya, pada tahun 2005, jumlahnya 16 persen. Kondisi demikian, sambung dia, hampir sama dengan 10 tahun yang lalu (1996) dengan kisaran 17, 7 persen.
Dengan kondisi ekonomi mikro yang stagnan, ia khawatir angka kemiskinan pada tahun depan terus meningkat. “Mereka yang tidak miskin, dapat segera miskin ketika akses terhadap infrastruktur ekonomi dan pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan dan lainnya) rendah, ” tegas guru besar ekonomi Universitas Lampung (Unila) ini.
Untuk mencegah bertambahnya jumlah warga miskin, saran dia, maka pemerintah harus segera melakukan langkah-langkah tepat. Misalnya, program jaring pengamanan sosial (JPS) umum dan khusus dan penyempurnaan Inpers Desa Tertinggal (Inpres No 5/1993).
“Selain itu program makanan tambahan balita kurang gizi dan makanan tambahan anak sekolah perlu dintensifkan, ” katanya. (dina)