“Alangkah indahnya, jika aktifitis2 belajar dari pejuang2 pendiri Republik Indonesia, karakter yg kuat, yg tidak berubah didalam mau diluar kekuasaan. Ini baru diberi remeh2 kekuasaan berubah menjadi ‘penjilat’, lupa dgn prinsip keadilan, demokrasi dan keberpihakan pada rakyat ,” tutup Rizal Ramli.
Diberitakan, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan lonjakan rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER) ke posisi 4,35 kali pada 2019, naik dibandingkan angka 2018 yakni 3,79. Peningkatan DER juga seiring dengan peningkatan liabilitas perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Hal tersebut terungkap dalam Presentasi direksi ADHI dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Senin (17/2/2020).
Perusahaan konstruksi pelat merah ini membukukan liabilitas jangka pendek atau dibawah 1 tahun naik 26,05% sepanjang 2019 menjadi Rp 23,9 triliun, dari posisi 2018 senilai Rp 18,96 triliun. Sementara liabilitas jangka panjang pun tidak kalah naik signifikan menjadi Rp 6,01 triliun, atau naik 23,40% dari Rp 4,87 triliun.
Sebagai informasi, untuk perusahaan konstruksi biasanya batas aman masih di kisaran 1, dan DER di posisi 3 termasuk medium to high, dan posisi DER 4 artinya tinggi.
Sementara itu, jika dilihat dari ekuitas perusahaan malahan mengalami hanya naik tipis pada 2019. ADHI mencatat ekuitas 2019 senilai Rp 6,88 triliun, naik 9,37% dibandingkan 2018 senilai Rp 6,29 triliun.
Bukan hanya nilai ekuitas yang naik tipis, laba bersih perseroan pun hanya naik tipis menjadi Rp 700 miliar pada 2019, sementara pada 2018 di posisi Rp 640 miliar. Dari sisi pendapatan, perusahaan konstruksi ini pun turun menjadi Rp 15,3 triliun, padahal pada 2018 senilai Rp 15,66 triliun.
Saat ini Adhi Karya yang dipimpin oleh Budi Harto sebagai Direktur Utama, memegang proyek LRT Cibubur Kuningan, dengan total progres pembangunan fisik 70,2%. Tahun ini ADHI akan memperbesar porsi proyek turnkey dan investasi ke depan akan lebih besar dibandingkan porsi jasa konstruksi konvensional, sehingga membutuhkan pendanaan yang lebih besar.
Selain itu perusahaan konstruksi pelat merah ini juga akan menyelesaikan proyek LRT Jabodebek Fase I dan Lanjutan fase II serta pengembangan LRT di daerah lain, pengembangan properti berbasis angkutan massal, dan proyek pemindahan ibu kota.
Dalam RDP tersebut juga terungkap bahwa pencapaian laba bersih ADHI pada 2019 terkecil dibandingkan dengan PT Hutama Karya, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT PP Tbk (PTPP) . Hutama Karya meraih laba bersih 2019 sebesar Rp 2,7 triliun, sementara WIKA sebesar Rp 2,51 triliun. Adapun PTPP menyatakan proyeksi laba bersih 2019 sebesar Rp 1,2 triliun.(mr/repelita/cnbc)