Saya sampaikan juga mayoritas umat Islam saat ini menilai, bahwa PPP adalah Partai Semangka. Kulitnya Hijau, tapi isinya Merah. Logonya bergambar Ka’bah namun kebijakannya sekuler. Jargonnya Bela Islam, prakteknya Bela Musuh Islam.
Sebagaimana diketahui, PPP Kubu Djan Farid dan kubu M Romahurmuziy, berdiri bersama empat partai PDIP, NasDem, Hanura, dan Golkar mendukung calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Djarot Saiful Hidayat atau Ahok-Djarot yang akhirnya kalah dengan pasangan Anies-Sandi; 57,95 : 42,05.
Apa jawaban Pak Romi kala itu?
Beliau sempat menjawab tapi terkesan nge-les. “Itu sih hanya sikap politik saja, tapi hati dan niatnya tetap bersama umat Islam,” kira-kira begitu jawabannya kala itu.
Apa pandangan-pandangan lain Pak Romi kala itu?
Dalam perkenalan pertama, Mas Romi berterima kasih diberi kesempatan dapat berbincang dengan beberapa tokoh Islam. Mas Romi dibantu kawannya memberikan alasan langkah politik PPP yang katanya ingin ikut benah-benah negara ini lewat dalam, artinya PPP memilih masuk dalam kumparan pemerintahan yang ada.
Mas Romi juga berargumentasi dengan kondisi dunia ekonomi negara yang harus diselamatkan. Katanya dengan masuk dalam sistem pemerintahan maka akan lebih mudah untuk ikut mengatur negara.
Lantas apa tanggapan Pak Kiai?
Saya mengatakan kepada Mas Romi, saya ingin ikut sumbangsih pemikiran, itupun jika diterima, yaitu saya mengajak kepada para pengurus harian PPP agar ‘Bertobat politik dan Sikap Keagamaan’ .
Saya mengajak agar PPP secara gentle dan terang-terangan hingga diketahui oleh publik, antara lain:
Pertama, bertobat dari berkoalisi dengan partai-partai nasionalis sekuler.