Krisis Secara Global, Akibat Pembangkangan Nilai-Nilai Religi

Tokoh Lintas Agama berpendapat krisis yang terjadi berskala global, yang tidak terlepas dari krisis kemanusiaan sebagai akibat pembangkangan terhadap ajaran-ajaran agama. Karena itu para tokoh lintas agama di Indonesia menyerukan agar masyarakat bisa kembali nilai-nilai luhur ajaran agama.

"Bisa dilihat ini sesuatu yang bersifat kausalitas, karena itu seruan tokoh agama untuk kembali pada nilai agama, sehingga manusia tidak mengandalkan kesombongannya untuk mengekploitasi alam semesta ini, " ujar Presiden Indonesian Commitee on Religions for Peace (ICoMRP) yang juga merupakan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam jumpa pers bersama tokoh lintas agama, di Sekretariat CDCC, Jakarta Pusat, Jum’at(2/4).

Para Tokoh Lintas Agama itu antara lain, Perwakilan Katholik Theophilus Bela, Dewan Sangha Walubi Bhiksu Tadisa Paramita, Ketua Umum Parisada Hindu Made Gede Erata, Perwakilan Protestan Bonar simangunsong, Perwakilan Khonghucu Haksu Djaengranao, serta Ketua MUI H. Amidhan. Para tokoh tersebut mendukung gerakan hemat energi yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam rangka menangani masalah krisis energi.

"Krisis pangan dan berbagai krisis lainnya ini terjadi sebagai akibat krisis visi misi manusia, yang hanya mengejar material, sementara spritual terabaikan. Selain itu karena kebutuhan pokok ini menjadi komoditas politik, " ungkap Dewan Sangha Walubi Bhiksu Tadisa Paramita.

Senada dengan itu, Ketua MUI H. Amidhan mengatakan, problem terbesar yang belum dapat diatasi oleh bangsa Indonesia adalah kemiskinan dan penyatuan bangsa. Masalah kemiskinan, menurutnya, belum dapat diatasi secara baik, bahkan kondisinya bertambah parah, apabila dibiarkan hal ini akan menumbuhkan persoalan sosial yang lebih membahayakan yakni kriminalitas.

Sementara itu, lanjut Amidhan, masyarakat masih sulit disatukan, karena ada jurang pemisah antara si kaya dan si miskin."Kita masih berkutat pada perbedaan di antara kita, sulit menumbuhkan kebersamaan. Demonstratif effect di mana kaum elit hidup secara mewah terus diperlihatkan, sehingga menyayat hati rakyat, " tandasnya.

Karena itu, Ia mengajak agar para elit untuk menghentikan kebiasaannya bergaya hidup mewah, dan berupaya hidup sederhana, sehingga tidak membuat rakyat miskin semakin merasa tertindas.

Dalam kesempatan itu, Ketua ICoMRP Din Syamsuddin menjelaskan, adanya rencana pertemuan para tokoh agama dari 22 negara Asia dalam Asian conference For Peace (ARCFP) berpusat di Tokyo. Di mana pertemuan ke-tujuh akan dilaksanakan pada Oktober 17-21 Oktober 2008. Dan dalam rangka menyambut kegiatan pada Oktober 2008 maka diadakan pra assembly akan dihadiri 35 tokoh agama.

Pra assembly ini, lanjut Din, akan dibuka pada tanggal 14 Mei 2008 oleh Wapres Jusuf Kalla di Hotel Atlet Century, Jakarta. Acara yang akan diisi dengan seminar yang bertema "Memulihkan Masa Lampau dan Membangun Masa Depan", akan berlangsung selama 4 hari hingga 17 Mei 2008. Diisi oleh para pembicara antaranya, Ketua DPR Agung Laksono sebagai keynote speaker, serta tokoh agama Indonesia.

"Lewat diskusi panel, diharapkan para tokoh dapat memberikan sumbang saran, untuk menyelesaikan berbagai masalah, " pungkas Din.(novel)