Kosovo dan Bosnia Herzegovina menjadi tamu istimewa dalam pelaksanaan Forum Perdamaian Dunia kedua (World Peace Forum). Meskipun pemerintah Indonesia belum mengakui kemerdekaan Kosovo, namun kehadiran wakil Kosovo di Jakarta bisa dikatakan tidak memperoleh kendala yang berarti. "Indonesia memang belum mengakui kemerdekaan Kosovo, tapi mereka bisa hadir walaupun tanpa visa, " jelas Ketua OC Forum Perdamaian Dunia Abdul Mu’ti di sela-sela kegiatan, di Hotel The Sultan, Jakarta.
Alasan mengundang Kosovo, menurut Direktur Ekskutif CDCC ini, pertama, Kosovo yang telah mengalami berbagai aksi dan tindakan kekerasan etnis, agama dan politik dan isu perdamaian di sana menjadi fokus utama perhatian masyarakat International.
“Kedua Negara ini diundang secara khusus karena secara politik mereka baru saja mengalami tindakan kekerasan, selain itu pak Din ada kedekatan personal denan tokoh Muslim di sana. Kami sangat berterimakasih kepada Kosovo dan Bosnia, saya menghargai kesediaan mereka dalam acara ini, ” ungkap Abdul Mu’ti.
Menanggapi pertemuan tersebut, Sekjen Komunitas Muslim Kosovo Resul Rexhepi mengatakan, tema anti Kekerasan yang diusung dalam pertemuan selama tiga hari ini sangat sesuai dengan perkembangan yang dialami negaranya, yang mengalami peperangan antara 1998-1999.
"Kami mengalami peperangan di dalam negeri sendiri, pembunuhan, ratusan orang mengalami luka-luka, rumah-rumah terbakar, kami merasakan kesulitan akibat peperangan, " ungkapnya.
Karena itu, menurutnya, pihaknya sangat mendukung terciptanya suatu proses perdamaian, salah satunya melalui pertemuan yang digelar lintas tokoh dari berbagai negara. Dalam kesempatan itu, Resul meluruskan, anggapan terorisme bagi warga negara yang berusaha memepertahankan tanahnya dari ancaman penjajahan ataupun peperangan.
"Pada dasawarsa terakhir ada yang beranggapan bahwa Islam adalah terorisme, hal itu tidaklah benar, karena Islam adalah agama perdamaian, karena setiap hari kami senantiasa mengucapkan salam yang berarti doa dan kedamaian, " imbuhnya. (novel)