Banjir yang menjadi langganan Jakarta setiap musim hujan tiba ternyata tidak membuat pemerintah daerah DKI Jakarta menjadi tanggap menghadapi bencana itu. Hal ini terbukti usaha yang dilakukan oleh pendudukan sekitar bantaran kali diwilayah Cililitan, Jakarta Timur yang membuka kotak amal sukarela dipinggiran jalan untuk mengumpulkan bantuan bagi para pengungsi korban banjir.
Wati (33 tahun) Ibu Rumah Tangga warga RT7/RW7 Kelurahan Cililitan, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur mengaku, yang sudah semalaman mengungsi diemperan toko pasrah menunggu kemungkinan bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah.
"Bantuan sudah ada tadi malam berupa makanan tapi untuk sekali makan saja, kalau pemerintah mau bantu ya kita terima, kalau tidak ya mau apa lagi begini aja, pengennya sih ada yang bantu, kalau ada yang bantu tidak perlu minta-minta dijalan, "ujarnya saat ditemui eramuslim, Jum’at(02/2).
Ia menyatakan, setiap tahun sudah biasa menjadi langganan banjir, karena tempat tinggalnya berada dibantaran kali.
Meski sudah terlihat didirikan posko banjir sekitar wilayah tersebut, namun warga belum merasakan manfaat dari pendirian posko banjir tersebut.
Hal seperti dikatakan oleh warga Kelurahan Cililitan lainnya Ending, yang merasakan bahwa pengurus RT, RW, bahkan kelurahannya belum memperlihatkan kepedulian atas musibah banjir yang sedang melanda wilayahnya, padahal informasinya sudah ada.
"Kayaknya Lurah di sini kurng peduli sama kita-kita yang ekan banjir, padahal sudah dua kali banjirnya, "tukasnya yang tengah asyik mengamati arus sungai.
Sementara itu, Salah Satu Pengurus Yayasan Masjid Al-Hawi Muhammad Chaidir mengaku keterbatasan dana yang dimilikinya tidak menyurut niat untuk membantu para pengungsi banjir, yang sejak malam sudah menginap digedung yayasannya.
"Sekitar 200-an orang sejak malam sudah kami tampung di sini, karena keterbatasan dana kami hanya bisa memberikan satu bungkus mie instan, kalau punya banyak pengennya lebih, namanya juga mau amal, "ujarnya.
Chaidir menuturkan, warga di sekitar bantaran kali sebenarnya sudah mengetahui kemungkinan datangnya banjir, tetapi mereka umumnya menganggap banjir itu akan segera surut, sehingga menganggapnya hal yang biasa.
Ia berharap, pemerintah daerah segera mengambil upaya penanganan jangka panjang untuk merelokasi penduduk yang tinggal dipinggiran kali, agar tidak selalu mengalami kesulitan saat musim hujan tiba.
Chaidir menyatakan, banjir yang terjadi di sekitar Cililitan itu diduga sebagai dampak penyempitan sungai yang berada di bawah pusat perbelanjaan grosir dikawasan itu, dan akibat banjir tersebut aliran listrik dipadamkan oleh PLN, hal itu menyulitkan ketersedian air bersih untuk minum.
"Walaupun di atas tidak kena banjir, kita gak punya air minum, karena itu seharusnya pemerintah bisa membantu menyumbangkan diesel untuk menyalakan listrik, "imbuhnya.
Berbeda dengan warga diwilayah Cililitan, Zubaedah warga Kampung Melayu sejak semalam meninggal rumahnya yang terendam air, mengaku sudah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan banjir yang datang lebih besar, dari sebelumnya.
"Kalau kita di sini sudah biasa sih, sebelum ada instruksi dari kelurahan saja kita siap-siap mengamankan barang-barang yang bisa kena basah, "jelasnya. (novel)