Kontak dengan Israel merupakan salah satu opsi untuk selesaikan konflik Palestina-Israel yang semakin pelik, namun opsi itu akan diambil jika tidak tercapai pandangan yang sama dari seluruh rakyat Palestina tentang prinsip-prinsip perdamaian.
Demikian disampaikan oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri Desra Percaya dalam media brifieng, di Kantor Departemen Luar Negeri Jakarta, Jum’at (13/10). "Kita harus melihat dinamika yang ada dulu, kalau ada prospek dan keuntungan bisa membantu akan kita pertimbangkan sebagai satu opsi, hal itu akan dilakukan jika sudah ada kesepakatan dan mereka memerlukan bantuan kita," ujarnya.
Menurutnya, Indonesia tidak bisa mendesak agar Palestina mengakui Israel, karena itu merupakan hak mereka. Lebih lanjut Desra menegaskan, dalam upaya membantu proses perdamaian di Timur Tengah khususnya Palestina, pihak Indonesia akan berusaha menggunakan beberapa cara, sehingga sedapat mungkin ada kesamaan pandangan di dalam pemerintah Palestina.
"Karena terus terang kita sangat prihatin dengan apa yang terjadi sekarang di palestina, yakni pertentangan antara Hamas dan Fatah, setidaknya upaya dialog akan lebih efektif, dibandingkan penggunaan kekerasan untuk meredakan konflik," tandasnya.
Mengenai komitmen Indonesia setelah diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB terhadap konflik yang terjadi di Palestina, Desra menegaskan, kedudukan Indonesia itu paling tidak dapat memperkuat keterwakilan negara-negara dunia ketiga, selain itu akan berupaya tetap menyuarakan kepentingan negara-negara Islam, sebab suara Indonesia dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina cukup diperhitungkan, sebagai negara mayoritas muslim. (novel)