Eramuslim.com – Ancaman masuknya 10 juta tenaga kerja asal China seperti yang belakangan ini ramai dibicarakan, telah memicu kekhawatiran banyak pihak.
Mantan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra contohnya. Ia mendesak pemerintah berpikir matang terkait kehadiran 10 juta pekerja China sebagai kompensasi dari investasi dan pinjaman RI.
“Kehadiran 10 jt pekerja itu akan menimbulkan persoalan kependudukan, sosial, ekonomi dan politik,” tulis Yusril pagi ini di akun twitternya.
Selain Yusril, Renaissance Institute juga merasa khawatir dengan kondisi bangsa yang kian dalam cengkraman China.
Dalam jumpa pers yang digelar Renaissance Institute hari ini, Kamis 14 Juli 2016. Renaissance Institute menyoroti beberapa hal penting. Yaitu masuknya ‘dana tak terbatas’ dari China dan masuknya tenaga kerja asing, bahkan hingga level buruh dari negeri Tirai Bambu tersebut.
Dituturkan oleh Amir Hamzah, Ketua Bidang Geopolitik Renaissance Institute, Tibet yang saat ini berada di bawah hegemoni China, dulunya merupakan negara merdeka dan berdaulat penuh. Kemudian, China membangun infrastruktur, membangun jalur kereta di Tibet menggunakan tentara nasional, lalu secara tiba-tiba menyerang warga Tibet dan menjajah wilayah tersebut hingga akhirnya pemimpin Tibet, Dalai Lama, harus mengungsi ke negara lain.
“Kita harus meningkatkan kewaspadaan. anak-anak bangsa mari mengawasi kondisi nasional dan menggalang kekuatan untuk menjaga bangsa,” ucapnya.
Menanggapi hal tersebut, seorang netizen menyatakan harapannya agar Kapolri yang baru, Tito Karnavian segera merespon fakta mengenai akan masuknya 10 juta warga negara China ke Indonesia.
“Pak, Tentara kita cuma 400rb an, klu 10juta warga Cina itu dipersenjantai , bubar NKRI !”, tulis netizen@Restyies
Kekhawatiran publik ini semestinya juga menjadi kekhawatiran pemerintah, kecuali jika memang pemerintah Indonesia di bawah rezim Jokowi kini memang sudah ada dalam cengkraman pemerintah Komunis-China.(ts/portalpiyungan)