Indonesia harus lebih proaktif mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan dunia internasional, agar segera bertindak terhadap Israel dan menghentikan penyerangan ke Palestina. Anggota Komisi I DPR Hajriyanto Y Thohari menanggapi serangan Israel terhadap Palestina yang telah menewaskan banyak jiwa, termasuk anak-anak, apalagi terjadi blokade atas kota Gaza.
Aksi blokade itu, menurut dia, semakin mengakibatkan rakyat sipil menderita lahir maupun batin, karena mereka tertutup aksesnya dari dunia luar. Bangsa Palestina di ambang kelaparan, akibat tidak mendapatkan pasokan bahan pokok maupun bahan bakar minyak (BBM).
"Ini sesungguhnya tindakan semena-mena Israel untuk kesekian kalinya. Lalu, quo vadis PBB. Kita semua harus berbuat sesuatu, jika memang kita masih memiliki rasa kemanusiaan dan menganggap dunia ini masih beradab, " ujarnya di Jakarta, Kamis(24/1).
Hajriyanto yang juga mempertanyakan mengapa dunia internasional serta PBB diam saja menghadapi serangan kejam dan blokade atau isolasi yang dialami oleh bangsa Palestina, padahal cara seperti ini terjadi di depan mata dunia internasional, yang katanya modern dan menjunjung tinggi HAM ini.
Ia menilai, kebisuan PBB dan dunia internasional terhadap konflik di Palestina ini, merupakan skandal kemanusiaan yang luar biasa. Hajriyanto pun mempertanyakan, "untuk dan atas nama apa mereka di Palestina terus bertikai antar saudara, sementara rakyat semakin menderita."
"Untuk dan atas nama apa Presiden Mahmud Abbas melakukan pembicaraan perdamaian dengan Israel, jika pada saat yang sama, Israel membunuh rakyat Palestina, baik dengan serangan-serangan udara yang brutal, maupun penutupan wilayah Palestina, sehigga semakin banyak rakyat bisa kelaparan, " imbuh Anggota FPG.
Sementara itu, Anggota Komisi I DPR lainnya Andreas H Pareira mendesak pemerintah Indonesia bersama negara-negara Islam harus mampu meyakinkan Amerika Serikat (AS) untuk memaksa Israel tidak menggunakan kekerasan terhadap Palestina.
"Sikap kita tidak bisa dengan hanya menyalahkan Amerika Serikat (AS). Sebaiknya Indonesia bersama negara-negara lain, misalnya dari kelompok negara-negara Islam, meyakinkan AS untuk bertindak terhadap Israel. Bukan dengan mengecam-ngecam tanpa tindakan konkret, " tandasnya politisi PDIP.
Ia menilai, tampaknya hanya AS yang bisa didengar oleh Israel, bahkan sebetulnya bisa memaksa negara itu agar tidak menggunakan kekerasan dalam penyelesaian konflik dengan Palestina.
Andreas Pareira memperkirakan, selama Israel maupun Palestina tidak bisa menahan diri menggunakan kekerasan, proses perundingan perdamaian tidak akan terwujud. (novel)