Komentari Isi Kantor Gibran yang Penuh dengan Mainan, Mulyanto: Keruntuhan Negara…

ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/Spt.

eramuslim.com – Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, mengomentari isi kantor Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, yang dipenuhi oleh mainan.

Menurutnya, hal ini bisa menjadi tanda awal keruntuhan sebuah negara.

“Keruntuhan negara,” ujar Mulyanto dalam keterangannya di aplikasi X @pakmul63 (18/7/2024).

Mulyanto menekankan bahwa bukan hanya imperium besar dan kerajaan yang berbasis dinasti yang dapat melahirkan pemimpin kekanakan.

“Bahkan imperium besar dimulai dari munculnya pemimpin kekanakan,” imbuhnya.

Bahkan, negara demokrasi berbentuk republik sekalipun bisa mengalami hal yang sama.

“Sejarah terus berulang,” cetus Mulyanto.

Bukan hanya imperium besar dan kerajaan, kata Mulyanto, yang berbasis dinasti dapat memunculkan pemimpin kekanakan.

“Yang berbasis dinasti, dapat memunculkan pemimpin kekanakan,” tukasnya.

Ia baru sadar, ternyata negara demokrasi yang berbentuk republik sekalipun dapat seperti itu.

“Ternyata negara demokrasi yang berbentuk republik sekalipun dapat seperti itu. Aneh, tapi nyata,” tandasnya.

Sebelumnya, Loyalis Ganjar Pranowo, Jhon Sitorus, membandingkan antara Wakil Presiden (Wapres) pertama, Mohamad Hatta dengan Gibran Rakabuming Raka.

Dikatakan Jhon, Wapres pertama, Bung Hatta bahkan sampai mendirikan perpustakaan pribadi karena ruang kerjanya penuh dengan buku yang menginspirasi pikirannya

Sementara, kata dia, Wapres ke-14, Gibran juga banyak koleksinya, tapi mainan. Bahkan tak terlihat buku bacaan apapun di meja kerjanya.

“Pikirannya hanya terinspirasi oleh mainan, bukan ide, bukan gagasan, bukan karya, bukan pula soal leadership,” ujar Jhon dalam keterangannya di aplikasi X @miduk17 (18/7/2024).

Melihat perbedaan di antara keduanya, Jhon mengaku tidak heran jika Gibran menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jabatannya.

“Apapun akan digeruduk, termasuk melabrak Undang-Undang sekalipun,” cetusnya.

Dijelaskan Jhon, Gibran tidak lebih dari seorang anak-anak. Tidak memiliki pertimbangan etika dan moral.

“Apalagi jika orang tuanya tak memberi pelajaran etika. Bila keinginannya tidak dipenuhi, maka dia biasanya akan merengek,” tukasnya.

Melihat perbandingannya, Jhon mengatakan bahwa perbedaan di antara keduanya sangat mencolok.

“Ketika tahun 45 pemimpin kita sibuk mencari inspirasi untuk menentukan arah bangsa, tahun 2024 pemimpin sibuk cari kesenangan pribadi,” imbuhnya.

Menurutnya, pajangan di ruang kerja, itulah representasi mental dan pikiran yang sebenarnya.

Jhon bilang, Bung Hatta merepresentasikan sebagai seorang cendikiawan sekaligus leader.

Sementara Gibran, merepresentasikan pemimpin karbitan yang masih suka bermain dengan dunianya.

“Yang jelas, ruang kerja di kantor Wapres pasti lebih luas kok,” timpalnya.

Blak-blakan, Jhon menuturkan bahwa Gibran masih bisa memajang lebih banyak mainan di kantor Wapres nantinya.

“Di sana boleh pajang yang lebih banyak lagi, bahkan boneka-boneka berbentuk Presiden tertentu juga sangat bisa dipajang disana,” tandasnya.

 

(Sumber: Fajar)

Beri Komentar