Kolom Ikhwanul Kiram Mashuri: Di UEA, Pekerja Asing Adalah Kacung

Jumlah mereka bahkan lebih dari lima kali lipat warga negara UEA sendiri. Sebagai informasi, jumlah penduduk UEA sebanyak 9,3 juta jiwa. Dari jumlah itu, hanya 15 persen yang berkewarganegaraan UAE, selebihnya adalah ekspatriat.

Yang perlu digarisbawahi, meski jumlah ekspatriat mayoritas dan menjadi penggerak ekonomi, mereka tetaplah kacung di UEA. Dalam arti mereka hanyalah pekerja atau sebutlah profesional. Semua pekerja asing harus mempunyai sponsor dan izin kerja.

Mereka diawasi ketat, termasuk izin tinggal. Mereka harus menghormati tradisi dan agama warga UEA. Setiap pelanggaran dikenakan sanksi berat, termasuk deportasi. Namun, mereka juga diberi kebebasan menjalankan keyakinan dan agamanya.

Menyadari beragamnya penduduk dan pentingnya keberadaan pekerja asing, Pemerintah UEA merasa perlu adanya kementerian toleransi (wizaratu at-tasamuh) untuk menjaga harmonisasi antarwarga.

Bahkan, karena pentingnya kementerian ini, menterinya pun dijabat keluarga penguasa UEA, yaitu Sheikh Nahyan bin Mubarak Al Nahyan. Di seluruh negara Arab dan bahkan Timur Tengah, hanya UEA yang mempunyai kementerian toleransi.

Kebijakan UEA tentang modernisasi dengan tetap menjaga tradisi dan kehidupan beragama (Islam) masyarakat tak lepas dari pendiri negara ini, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan (1918-2004). Ketika saya berkunjung ke Abu Dhabi menjelang Ramadhan lalu, berbagai acara digelar untuk mengenang dan menghormati Sheikh Zayed.

Pada 1971, Sheikh Zayed dan penguasa (amir) Dubai, Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum, menandatangani persetujuan untuk membentuk sebuah federasi antara Abu Dhabi dan Dubai. Segera setelah itu, terbentuklah Uni Emirat Arab yang merupakan federasi dari tujuh keamiran—Abu Dhabi, Dubai, Sharjah, Ajman, Ras al Khaimah, Fujairah, dan Umm al Qaiwain.

UEA merupakan monarki federal. Presiden pertama dijabat oleh Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, sedangkan perdana menteri dipegang Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum. Kini penguasa UEA sudah beralih ke generasi kedua.

Meski tidak ada undang-undang tertulis, presiden akan terus dijabat oleh Amir Abu Dhabi dan perdana menteri Amir Dubai. Abu Dhabi dan Dubai merupakan termaju ekonominya, terbanyak penduduknya, dan terluas wilayahnya.

Penguasa sekarang—Sheikh Khalifah bin Zayid Sultan al-Nahyan (presiden dan amir Abu Dhabi) dan Mohammed bin Rashid Al Maktoum (perdana menteri dan amir Dubai)—menempuh kebijakan pendahulu dan sekaligus pendiri UEA, antara lain diversifikasi ekonomi dan kesetaraan perempuan dengan laki-laki, termasuk yang menyangkut pendidikan dan lapangan kerja.

Bahkan, UAE memecahkan rekor dunia ketika pada 2016 mengangkat perempuan 22 tahun sebagai menteri pemuda. Dia adalah Shamma binti Suhail Faris Al Mazrui. Yang menarik, perempuan yang fasih berbahasa Arab dan Inggris ini terpilih sebagai menteri termuda di dunia setelah melalui seleksi ketat antarperguruan tinggi di UAE.

Kini, modernisasi model UAE—dengan tetap menjaga tradisi dan ketaatan pada ajaran agama—telah menjadi contoh bagi banyak negara Arab, termasuk bagi Saudi yang baru-baru ini memperbolehkan perempuan menyetir mobil serta menonton konser musik.(kl/rol)

Penulis: Ikhwanul Kiram Mashuri

Link source: republika online