Kolom Ikhwanul Kiram Mashuri: Di UEA, Pekerja Asing Adalah Kacung

Bukan hanya stadion. Manchester City atau the Citizens pun dibeli keluarga penguasa Abu Dhabi. Pembelinya Sheikh Mansour bin Zayed bin Sultan Al Nahyan, saudara Amir Abu Dhabi dan Presiden UEA Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan. Jutaan dolar AS pun ia gelontorkan untuk merekrut segudang pemain bintang ke klub Manchester City, termasuk pelatih top Pep Guardiola.

Dengan sendirinya nama Sheikh Mansour semakin berkibar sebagai investor kakap dunia, sekaligus mengangkat nama harum UEA. Apalagi ketika slogan Etihad “From Abu Dhabi to The World” benar-benar menginternasional lewat jersey pemain top dunia.

Kelahiran maskapai penerbangan Emirates pada 1980-an—disusul kemudian Etihad—menandai era modernisasi UEA. Modernisasi yang diawali dari ekonomi, yaitu bagaimana mendiversifikasi pendapatan negara.

Pada era 1980-1990-an hampir semua negara Teluk—UEA, Arab Saudi, Oman, Bahrain, Kuwait, dan Qatar—80 persen ekonominya mengandalkan minyak dan gas. UAE yang terdepan mendiversifikasi ekonominya di luar minyak.

Sektor jasa dan investasi pun mereka genjot. Dari penerbangan, properti/real estat, pelabuhan, keuangan, pariwisata, hiburan/liburan, komunikasi, hingga peternakan dan pengembangbiakan bibit unggul kuda asli Arab, dan banyak lagi.

Maka, dibangunlah berbagai properti di kota-kota besar UEA, terutama di Abu Dhabi dan Dubai. Dari mal, hotel berbintang, gedung perkantoran, hingga apartemen. Beberapa di antaranya bahkan sangat monumental.