Sebagai kelanjutan gerakan Hari Tanpa TV pada tanggal 20 Juli mendatang. Sejumlah orang yang tergabung dalam Koalisi Nasional Hari Tanpa TV, yang merupakan gabungan dari 28 lembaga swadaya masyarakat dan perguruan tinggi di Indonesia melakukan aksi damai untuk mensosialisasi kegiatan Turn off TV, Turn on Live! Untuk wilayah Jakarta aksi damai dilakukan di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Jum’at (18/7). Sedangkan aksi serupa akan diadakan di Bekasi, Depok, Bogor dan Bandung, pada Sabtu (19/7).
Juru Bicara Koalisi Nasional Hari Tanpa TV (KNHTT) Nina Mutmainnah Armando mengatakan, kegiatan ini sebagai salah satu menghilangkan ketergantungan anak-anak dan masyarakat terhadap tayangan televisi yang isinya tidak mendidik.
"Kita belajar bersama-sama, agar tidak lagi tergantung pada televisi. Kita bisa hidup nyaman tanpa tergantung dengan televisi, kita bisa menggantikan kegiatan anak dari menonton Tv lebih baik anak menggunakan kegiatan-kegiatan lain yang lebih bermanfaat, " katanya di sela-sela aksi damai, di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Jum’at(18/7).
Hari Tanpa TV (HTT) ini, menurutnya, dapat dimanfaatkan untuk mempererat hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya, yang mungkin dalam kesehariannya sibuk bekerja. Waktu satu hari ini digunakan bersama anak-anak untuk melakukan kegiatan yang lebih berkesan, dan hal itu tidak perlu harus mengeluarkan biaya mahal.
"Banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan dan itu murah. Misalnya berjalan bersama- sama, memasak, berkebun, atau olahraga di sekitar lingkungan. Jalan-jalan atau berkebun, memasak, sesuatu yang jauh lebih bermakna untuk mendekatkan hubungan orang tua dan anak, " ujarnya.
Di samping itu, lanjut Nina, Koalisi Nasional Hari Tanpa TV membuat acara alternatif bagi anak-anak di lapangan Monas, pada Ahad (20/7) mulai pagi hari.
Dalam aksi damai yang diadakan di Bunderan HI, Jakarta, tampak anggota KNHTT membagi-bagikan selebaran tentang seruan agar tidak menyalakan TV pada Ahad 20 Juli mendatang. Mereka juga melakukan aksi teaterikat tentang tayangan televisi yang banyak mengandung muatan, kekerasan, seks, mistis, dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. (novel)