Kisah Sosok Zaim Saidi Yang Hebohkan Dinar dan Dirham

Dalam tulisan saudara saya yang lain, Nardi menyebut, bakat menulisnya dan kepedulian kepada umat bisa dilihat dari buku-buku karyanya. Ia pernah menjadi ketua  Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

Zaim dan hampir semua saudara laki-laki merantau ke Jakarta, membiayai kuliah sambil kerja. Hampir semua saudara laki-lakinya kuliah di universitas negeri, seperti IPB, UI, bahkan ada yang mengabdi di kampus ini sambil menamatkan S-3 di negeri Paman Sam.

Dan tak lupa, ada yang alumni UNS. Hanya satu orang yang mogol, memilih jadi wartawan dan seniman, yakni saya.

Adik saya ini menamatkan S-1-nya di IPB dan melanjutkan S-2 di University Of Sydeny setelah mendapatkan beasiswa Merdeka Fellowship dari pemerintah Australia. Dan setelah Pilpres 2004-2006, Zaim mengembara ke Inggris dan Afrika Selatan.

Di sanalah, seperti ditulis Sunardi, Zaim bertemu Syaikh Dr Abdulqodir Assuffi, Mursyid Thariqoh Syaziliyah Darqowiyah. Syaikh ini adalah mualaf yang juga seorang pemikir dan penulis aktif yang nama aslinya Dr Ian Dallas.

Interaksi Zaim dengan murid-murid ‘Sang Syaikh’ yang berasal dari berbagai belahan dunia menjadi titik pemikiran Zaim tentang pentingnya muamalat dan ekonomi syariah. Dan, jika ingin tahu lebih dalam soal pikiran Zaim bisa baca buku-buku karyanya.

Semula, Zaim yang Sunni, penganut mazhab Syafii, dan kini cenderung ke Imam Maliki, sebagai pengamal thariqoh yang mutabaroh, insyaallah, termasuk Muslim taat dan memilki keyakinan atas kebenaran yang dipegang teguhnya.

Kami paham, Allah memang tidak menjanjikan hidup itu mudah. Yang dijanjikan Allah adalah ada kemudahan setelah kesulitan.

Di sini, mengandung makna, ada ujian keteguhan atas kesabaran dan keimanan kita yang tidak bisa dicampuri tangan siapa pun, kecuali Allah.

Saya yakin, ada sekenario besar Allah yang bakal diberlakukan. Dan hukum abadi yang akan berlaku dan terjadi adalah kebaikan berbalas kebaikan, kejahatan berbalas kejahatan.

Kami paham itu dan sangat menghayatinya!

Malam ini mendadak aku rindu ayah dan ingin bercerita tentang anak-anaknya.

Moh As’adi, Jurnalis Senior

Sumber Berita / Artikel Asli : Republika