Eramuslim.com – Seorang nenek bernama Sumirah (89), hidup sebatang kara dan hanya ditemani 2 kucing kampung. Ia indekos berukuran sekitar 2 x 3 meter setelah ditinggal ditinggal suami 2006 silam.
Sumirah indekos di Simo Jawar 1 Nomor 150, RT 01 RW 01, Kelurahan Simomulyo Baru, Kecamatan Sukomanunggal, Kota Surabaya. Ia mengaku belum pernah mendapatkan bantuan meski saat ini hidupnya serba kekurangan selama pandemi ini.
“Tidak pernah, saya tidak pernah dapat (bantuan selama pagebluk). Saya sudah tanya ke RT/RW, katanya endak ada jatahe (jatahnya), bilang begitu, Nak,” ujar Sumirah pada SuaraJatim.id, Selasa (24/8/2021).
Sumirah berkisah, bertahan hidup sebatang kara dengan welas asih para tetangga sangatlah berat di masa Pandemi Covid-19 ini. Ia juga mengaku tak pernah didata oleh kelurahan, kecamatan, maupun petugas dari Pemkot Surabaya. Terakhir kali Ia mengaku didata menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada 2009 dan 2013.
Perihal pendataan lebih lanjut dari RT atau RW, Sumirah mengaku telah menyerahkan berkas-berkas yang dibutuhkan, seperti fotocopy KTP, KK, hingga SKTM. Namun masih juga tak kunjung mendapatkan bantuan.
“Nate tanglet ten Pak RT, lah kulo kok dereng angsal nopo-nopo pak, mriko sanjange mboten wonten jatahe, kulo nate fotokopi ngantos 20 rangkep dijaluki, nggih dereng wonten kabar nopo-nopo, mboten angsal nopo2 blas (Pernah tanya ke Pak RT, lah kok belum dapat ‘bantuan’ apa-apa, pak? Dia bilangnya belum ada jatahnya. Saya sampai pernah fotocopy 20 rangkap pas diminta, ya belum ada kabar apa-apa, belum dapat apa-apa sama sekali),” katanya.
Sumirah bertanya apa alasan tidak menerima bantuan itu. Padahal, data yang diperlukan, seperti KTP, KK, hingga SKTM telah dimilikinya dan diserahkan kepada pihak terkait. Mulai dari Permakanan, PKH, hingga Bansos yang semestinya diperoleh justru tak ada sama sekali.