Beberapa pria bermata sipit yang merupakan tokoh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jawa Tengah membujuknya agar mau menjadi pimpinan PITI di Purbalingga.
Tentu saja tawaran itu membuatnya terkejut. Ia yang saat itu masih beragama Konghucu tiba-tiba ditawari menjadi pimpinan PITI yang seluruh anggotanya muslim.
Tetapi inilah jawaban atas kegalauan hatinya selama ini, semenjak ia merasakan keajaiban takbir ketika nyawanya nyaris terenggut, puluhan tahun silam. Kali ini ia pun benar-benar yakin untuk menyatakan ke-Islamannya, tahun 2001.
Ia tak segan berterus terang ke keluarganya atas perubahan keyakinannya itu. Anak-anaknya yang telah lulus perguruan tinggi diyakininya sudah dewasa dan siap menerima keputusannya.
Dia bahkan bersyukur karena sang istri bukan hanya mendukung keputusannya, namun juga mengikuti jejaknya menjadi mualaf
“Jadi meskipun sudah puluhan tahun kejadian kecelakaan, lalu saya kembali di kehidupan terminal, ternyata hidayah itu tidak hilang,”katanya
Menjadi seorang mualaf membuat Hery haus akan pengetahuan agama untuk mempertebal keyakinannya. Ia serius mempelajari Islam dan belajar mengaji Al Quran kepada ustaz yang dipercayainya.
Tahun 2005, Hery berhasil mengkhatamkan Al Quran yang memperteguh keimanannya.
Tetapi ia belum merasa puas dengan hanya mempelajari pengetahuan Islam. Hery ingin memberikan kontribusi lebih kepada agamanya atau bermanfaat untuk umat. Ia pun bertekad untuk membangun masjid.
Dengan modal sekitar Rp 180 juta, ia membeli tanah rawa di pinggir jalan raya Purbalingga-Pemalang, di Kecamatan Mrebet Purbalingga.